• logo nu online
Home Warta Ekonomi Daerah Bahtsul Masail Pendidikan Neraca BMTNU Nasional Fiqih Parlemen Khutbah Pemerintahan Keislaman Amaliyah NU Humor Opini BMT NU Video Nyantri Mitra Lainnya Tokoh
Kamis, 25 April 2024

Daerah

Dunia Politik Butuh Peran Santri

Dunia Politik Butuh Peran Santri
Gus Sentot, salah satu Pimpinan Ponpes Darul Ulum Rejoso Jombang. (Foto: NU Jombang Online/Faiz)
Gus Sentot, salah satu Pimpinan Ponpes Darul Ulum Rejoso Jombang. (Foto: NU Jombang Online/Faiz)

NU Jombang Online,
Salah satu pimpinan asrama di Pondok Pesantren (Ponpes) Darul Ulum (DU) Rejoso, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang, M Syarif Hidayatullah mengharuskan santrinya paham dengan dunia politik.

Ha itu diyakini bahwa santri akan kian memiliki kemampuan yang beragam saat terjun di tengah masyarakat kelak. Di samping ilmu agama, para santri juga memahami peta atau dinamika politik yang berkembang. Atau bahkan menjadi bagian dari politikus. 

"Santri harus melek dan paham dengan politik, karena santri pasti hidup di tengah-tengah masyarakat. Jadi santri harus bergaul dan bisa ditata kembali bahasanya, atau bisa jadi nanti harus bisa bekerja sama dengan komunitas tertentu dalam suatu masyarakat," ujarnya saat ditemui NU Jombang Online, (16/6). 

Menurut pria yang kerap disapa Gus Sentot ini, dinamika politik diperlukan peran santri atau kiai untuk mewujudkan politik yang rahmatan lil alamin. Pasalnya, sejak masuk pesantren santri sudah diajarkan ilmu yang berhubungan dengan dunia sekaligus ilmu akhirat.

"Ke depannya mau tidak mau kami membutuhkan peran santri untuk membangun negara ini lebih baik lagi, justru dengan peran santri yang tenteram dan berakhlakul karimah. Seperti kalau anggota dewan dipimpin oleh kalangan santri, saya yakin akan mengeluarkan kebijakan yang istilahnya amar makruf nahi munkar," tuturnya.

Santri secara tidak langsung sudah menempuh bekal untuk berkiprah di kancah politik. Misalnya pendidikan hablum minallah, minannas, dan hablum minal alam. Dunia politik menurutnya sangat butuh aspek-aspek tiga hubungan tersebut. Dan dengan santri yang selalu berpikir positif, inovatif, dan kreatif, itu sudah menempuh cara-cara berpolitik yang benar.

"Jadi setelah keluar dari pesantren, nanti santri sudah bisa berpolitik dan bisa bersosialisasi santun dengan masyarakat. Pada intinya santri harus melek dan paham politik," pungkasnya.

Kontributor: Muhammad Fa'iz Hasan
Editor: Ahmad


Editor:

Daerah Terbaru