• logo nu online
Home Warta Ekonomi Daerah Bahtsul Masail Pendidikan Neraca BMTNU Nasional Fiqih Parlemen Khutbah Pemerintahan Keislaman Amaliyah NU Humor Opini BMT NU Video Nyantri Mitra Lainnya Tokoh
Jumat, 29 Maret 2024

Amaliyah NU

Warga Karanglo Nyekar: Orang Wafat Berharap Doa Anak-anaknya

Warga Karanglo Nyekar: Orang Wafat Berharap Doa Anak-anaknya

NU Jombang Online,
Warga di Dusun Bajang, Desa Karanglo, Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang, Jawa Timur berbondong-bondong mendatangi makam masing-masing leluhurnya untuk membacakan tahlil, istighatsah juga ayat-ayat Al-Qur’an, sabtu (4/5).

Kegiatan yang biasa disebut nyekar bersama ini dalam rangka menyambut datangnya bulan Ramadhan 1440 Hijriyah. Sekitar pukul 16:00 WIB pemakaman umum yang berada di area persawahan sebelah Utara Dusun Bajang mulai dipenuhi warga.

"Ini kegiatan rutin, yakni ziarah tiap akan memasuki bulan Ramadhan," ungkap tokoh masyarakat, Ustadz Sumarli Syafi'i Al-Hafidz.

Kegiatan dimulai dari pembacaan surat Yasin, kemudian dilanjutkan dengan Tahlil. Di sela-sela nyekar berlangsung, Ustadz Sumarli Syafi'i Al-Hafidz menyampaikan tazdkiroh dengan tema "Ahli Kubur Seperti Orang Tenggelam".

Ia menyampaikan bahwa penghuni kubur seperti orang-orang tenggelam yang meminta pertolongan berupa doa. Mereka menanti datangnya doa dari anaknya, saudara, atau temannya. "Ketika mereka mendapatkannya, maka itu lebih ia sukai ketimbang dunia dengan seluruh isinya," tuturnya.

Ia kemudian mengutip hadits nabi yang berbunyi 
رُوِيَ عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم أَنَّهُ قَالَ مَا الْمَيِّتُ فِي قَبْرِهِ إِلَّا كَالْغَريقِ الْمُغَوَّثِ
Artinya, Diriwayatkan dari Nabi SAW, beliau bersabda, tidak ada mayit yang berada dalam kuburnya kecuali ia seperti orang tenggelam yang meminta pertolongan seperti ghariqil mughawwats.

بِفَتْحِ الْوَاوِ الْمُشَدَّدَةِ أَيْ الطَّالِبِ لِأَنْ يُغَاثَ يَنْتَظِرُ دَعْوَةً تَلْحُقُهُ مِنِ ابْنِهِ أَوْ أَخِيهِ أَوْ صَدِيقٍ لَهُ فَإِذَا لَحِقَتْهُ كَانَتْ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا.

"Dengan diharakati fathah pada huruf wawunya yang bertasdid, yaitu orang yang meminta pertolongan ia menunggu setetes doa yang yang dikirimkan anaknya, saudara, atau temannya. Karenanya ketika ia mendapatkan doa, maka hal itu lebih ia sukai dibanding dunia dengan seluruh isinya," lanjutnya menjelaskan.

Dari penjelasan itu, imbuh dia, dapat dipahami betapa orang yang telah meninggal dunia itu sebenarnya mengharapkan kiriman atau hadiah do'a dari orang yang masih hidup. 

"Dengan kata lain, kiriman atau hadiah do'a itu akan sangat berarti baginya, bahkan pahalanya pun akan sampai," pungkasnya. (Syaihul Alim/Syamsul Arifin) 


Editor:

Amaliyah NU Terbaru