• logo nu online
Home Warta Ekonomi Daerah Bahtsul Masail Pendidikan Neraca BMTNU Nasional Fiqih Parlemen Khutbah Pemerintahan Keislaman Amaliyah NU Humor Opini BMT NU Video Nyantri Mitra Lainnya Tokoh
Jumat, 17 Mei 2024

Warta

Childfree adalah Pandangan Hidup Pesimistis dan Sombong

Childfree adalah Pandangan Hidup Pesimistis dan Sombong
Ilustrasi Childfree (Sumber : Scary Parenting)
Ilustrasi Childfree (Sumber : Scary Parenting)

NU Online Jombang,

Mengikuti trend berpakaian sampai dengan mengonsumsi makanan wajar dilakukan oleh sebagian orang. Tapi mengikuti trend childfree atau menikah tanpa mau memiliki keturunan adalah sebuah pandangan hidup yang pesimistis dan sombong sebagai manusia.

 

Hal tersebut disampaikan Ahmad Samsul Rijal Katib Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Jombang. Menurutnya, sebagai orang muslim, trend childfree tidak pas untuk diadopsi menjadi gaya hidup. Trend tersebut hanya mementingkan diri sendiri saja.

 

"Mereka yang ikut trend childfree hanya memandang kebahagian hidup yang diukur dari kepentingan dirinya sendiri. Cara pandang dan gaya hidup childfree berbahaya bagi orang yang beragama. Sebab, ini berpotensi mengabaikan anugerah yang diberikan Allah SWT kepada manusia," jelasnya.

 

Ia menambahkan, manusia diciptakan berpasangan dan memiliki keturunan serta hidup mulia dan memuliakan kemanusiaan.

 

Childfree, kata dia, merupakan manifestasi gaya hidup pesimistis karena berpandangan bahwa memiliki anak adalah sebuah beban yang menghalangi pribadinya untuk mencapai kebebasan dan kebahagiaan dirinya sendiri.

 

“Menghargai dirinya sendiri secara berlebihan merupakan gaya hidup yang sombong. Mereka merasa tidak memerlukan anak atau kebaikan orang lain. Childfree juga merupakan trend hidup yang mencita-citakan masyarakat atau negara sekuler, dimana setiap individu tidak terikat pada kepatuhan agama atau kepercayaan apapun walaupun hidup dalam ikatan sosial,” paparnya.

 

Ia menambahkan, islam sebagai agama mengajarkan agar manusia menjadi mulia dan selalu bersyukur atas segala anugerah yang diberikan oleh sang maha pencipta.

 

“Segala yang diciptakan oleh Allah SWT yakni anak, keluarga, masyarakat, alam semesta serta seluruh isinya diciptakan dengan memiliki fungsi dan manfaat bagi manusia. Jika masyarakat masih beragama maka hendaknya tidak mengikuti trend childfree ini. Meskipun atas nama hak asasi manusia (HAM) childfree tidak dibenarkan," imbuhnya.

 

Sementara itu, Uswatun Hasanah dosen psikologi islam Institut Agama Islam (IAI) Tribakti Kediri memaparkan, faktor yang dapat melatarbelakangi seseorang memilih childfree bisa banyak hal. Mulai dari segi finansial, latar belakang keluarga dan lain sebagainya.

 

“Keputusan seseorang untuk memilih childfree bisa jadi memiliki masalah personal seperti misalnya, masalah finansial, latar belakang keluarga, kekhawatiran berlebih akan tumbuh kembang anak, isu atau permasalahan lingkungan, hingga alasan terkait emosional atau dalam hal ini disebut maternal instinct. Sebagian besar penganutnya, biasanya mempunyai trauma psikologis, mengikuti gaya hidup modern hingga mengacu pada kondisi fisik,” tegasnya.

 

Perempuan yang akrab disapa Bunda Uswatun itu menyampaikan, ada beberapa orang yang memiliki kecemasan berlebih ketika memiliki anak. Seperti misalnya, ada rasa khawatir tidak bisa merawat dan mengasuh anak.

 

"Mungkin terpicu self efficcasy yang kurang baik, sehingga diperlukan untuk membangun self efficcasy yang baik,” tuturnya.

 

Self efficcasy adalah sebuah keyakinan atau kepercayaan diri individu mengenai kemampuannya untuk mengorganisasi, atau melakukan sesuatu dan mengimplementasi tindakan untuk mencapai goal tertentu.

 

Menurutnya, jika self efficcasy-nya baik, dampaknya tentu akan positif. Tapi justru jika self efficcasy-nya buruk, itu hanya akan membuatnya mengambil keputusan yang negatif.

 

Namun, bunda Uswatun tidak dapat menilai bahwa keputusan untuk mengadopsi trend childfree itu salah. Ia menilai, ada beberapa orang yang memilih jalan ini karena alasan tertentu yang berkaitan dengan hidupnya.

 

“Ya karena masing-masing orang itu kan punya pilihan, dengan berbagai alasan. Namun, tentu keputusan itu tidak dibenarkan jika berjalan sepihak. Jika keputusan itu berjalan sepihak, maka hal tersebut termasuk dalam gangguan mental,” katanya.

 

Bunda Uswatun menilai, sebagai pilihan hidup, childfree tentu memiliki dampak negatif dan positif.

 

 “Yang jelas nantinya jika tidak memiliki keturunan, harus siap dengan stigma negatif dari masyarakat sekitar. Dan tentu saja akan mengalami kesepian di masa tua,” ungkapnya.

 

Kontributor : Annisa

Editor : Fitriana


Warta Terbaru