Khutbah

Khutbah Jumat: Bahaya Kesombongan, Obati dengan Sikap Tawaduk

Kamis, 5 Desember 2024 | 14:30 WIB

Khutbah Jumat: Bahaya Kesombongan, Obati dengan Sikap Tawaduk

Ilustrasi seseorang Muslim sedang berdoa memohon agar istikamah dengan sikap tawaduk. (Foto: Freepik)

Khutbah 

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ. اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِأَدَاءِ الشَّرَائِعِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ إِلَّا اللهُ السَّمِيْعُ الْبَدِيْعُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الصَّمِعُ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ


فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. وَعِبَادُ الرَّحْمٰنِ الَّذِيْنَ يَمْشُوْنَ عَلَى الْاَرْضِ هَوْنًا وَّاِذَا خَاطَبَهُمُ الْجٰهِلُوْنَ قَالُوْا سَلٰمًا


Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah.


Pada kesempatan yang mulia ini, mari kita renungkan sebuah nasihat yang sangat penting dari sahabat Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu seperti yang dikutip oleh Habib Ali al-Jufri dalam Ma'alim al-Suluk. Beliau berkata:


"Aku benar-benar heran melihat orang yang sombong, padahal ia sebenarnya makhluk yang rapuh. Ia bisa mati hanya karena tersedak makanan, bau busuk karena keringatnya sendiri, atau tidak bisa tidur hanya karena gigitan kutu busuk. Jika keadaannya seperti ini, lantas bagaimana ia bisa sombong? Apa yang disombongkan? Pada awalnya ia bukan apa-apa, dan pada akhirnya ia juga bukan apa-apa. Jadi, apa yang sebenarnya ia sombongnkan?"


Sayyidina Ali mengingatkan kita bahwa kesombongan itu adalah penyakit hati yang sangat berbahaya. Orang yang sombong lupa hakikat dirinya. Ia lupa bahwa ia hanyalah makhluk lemah yang sepenuhnya bergantung kepada Allah. Padahal, jika Allah berkehendak, hanya dengan satu musibah kecil saja, manusia bisa hancur.


Mari kita renungkan, apa yang sebenarnya membuat manusia sombong? Apakah karena harta, pangkat, kedudukan, atau keturunan? Padahal yang semua itu tidak ada nilainya di sisi Allah. Yang Allah lihat adalah bagaimana hati dan amal kita.


Bahkan, ulama sebagaimana dikutip Habib Ali al-Jufri dalam Ma'alim al-Suluk mengatakan bahwa orang yang sombong dengan urusan dunia adalah orang yang dungu. Mengapa? Karena ia menyombongkan diri dengan sesuatu yang hina dan sementara. Dunia ini hanyalah ujian. Segala harta, kedudukan, atau kehormatan yang kita miliki akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah pada hari kiamat kelak.


Sehingga sangat mengherankan jika ada yang beranggapan bahwa kehormatan, pangkat, dan kebahagiaan seseorang diukur dengan duduk atau berdirinya orang lain saat ia datang. Atau diukur apakah orang itu dimuliakan atau tidak? Bagi seorang Mukmin, hal ini sangatlah tidak layak. Karena, bagi orang Mukmin kemuliaan hanyalah kemuliaan di sisi Allah. Apa gunanya kita diposisikan di atas manusia lain, padahal di sisi Allah kita bukan apa-apa? Ini hanya akan membuka celah untuk terperosok ke dalam lubang penyakit selanjutnya setelah penyakit sombong, yaitu riya’! Kita harus waspada akan hal ini.


Rasulullah shallallahualaihi wa sallam bersabda:


لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ


Artinya, "Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada kesombongan sebesar biji sawi," (HR. Muslim).


Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah. 


Lalu bagaimana cara kita mengobati penyakit sombong ini? Jawabannya adalah dengan tawaduk, yaitu rendah hati. Tawaduk artinya menyadari bahwa kita bukanlah siapa-siapa. Kita tidak ada apa-apanya tanpa pertolongan Allah. Bahkan Nabi Muhammad shallallahualaihi wa sallam, manusia yang paling mulia, pemimpin seluruh makhluk, tetap hidup dengan penuh kerendahan hati. Dalam riwayat Ibnu Sa'ad dalam Thabaqat al-Kubra, Rasulullah saw bersabda:


آكُلُ كَمَا يَأْكُلُ الْعَبْدُ وَأَجْلِسُ كَمَا يَجْلِسُ الْعَبْدُ، فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدٌ


Artinya, "Aku makan sebagaimana seorang budak makan, dan aku duduk sebagaimana seorang budak duduk. Aku hanyalah seorang hamba biasa."


Lihatlah, seorang Nabi yang maksum, yang dijamin surga, tetap merasa rendah diri di hadapan Allah juga di hadapan para sahabatnya. Maka, siapalah kita sehingga berani menyombongkan diri?


Bahkan dengan tegas Kanjeng Nabi melarang kita untuk bersikap sombong dan merendahkan orang lain, Beliau bersabda:


إِنَّ اللهَ أَوْحَى إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّى لَا يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ، وَلَا يَبْغِي أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ


Artinya, "Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku agar bersikap tawaduk (merendahkan diri), hingga seorang tidak menyombongkan dirinya di hadapan orang lain dan tidak saling menganiaya," (HR. Muslim).


Sebab, orang tawaduk dan rendah hati adalah hamba Allah swt yang utama. Hal ini ditegaskan Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Furqan ayat 63:

 
  وَعِبَادُ الرَّحْمٰنِ الَّذِيْنَ يَمْشُوْنَ عَلَى الْاَرْضِ هَوْنًا وَّاِذَا خَاطَبَهُمُ الْجٰهِلُوْنَ قَالُوْا سَلٰمًا


Artinya, "Adapun hamba-hamba (utama) Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan “salam”.


Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah.


Kesombongan bisa muncul dalam berbagai bentuk. Ada orang yang sombong karena hartanya, ada yang sombong karena ilmunya, ada pula yang sombong karena amal ibadahnya. Mereka merasa lebih baik dari orang lain. Padahal, kesombongan itu justru akan merusak amal ibadah yang dilakukan. Sedangkan sikap tawaduklah yang justru akan mengangkat derajat kita di sisi Allah.


Mengenai hal ini, Rasulullah saw bersabda:


مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ، وَمَا زَادَ اللهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ، إِلَّا عِزًّا، وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللهُ


Artinya, "Tidak akan berkurang harta seseorang karena bersedekah, tidaklah Allah swt menambah terhadap seseorang yang mau memaafkan melainkan kemuliaan dan tidak ada seorangpun yang bersifat tawaduk (merendahkan diri) karena Allah, melainkan Allah akan mengangkat derajatnya," (HR. Muslim). 


Maka, mari kita introspeksi diri. Jika melihat orang lain berbuat maksiat, jangan merasa diri lebih baik dari mereka. Sebaliknya, kita harus bersyukur karena Allah masih menjaga kita dari perbuatan tersebut. Kita juga harus berdoa agar Allah memberikan hidayah kepada saudara kita yang berbuat kesalahan.


Ingatlah, orang yang kita anggap hina hari ini bisa saja Allah berikan hidayah, sehingga ia menjadi orang yang lebih mulia di sisi Allah dibandingkan dengan kita. Sebaliknya, jika kita sombong, bisa jadi Allah menghinakan kita di dunia dan di akhirat.


Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah. 


Dunia ini hanyalah cobaan. Segala kenikmatan yang kita miliki adalah amanah dari Allah. Maka, gunakanlah nikmat itu untuk ketaatan kepada-Nya. Jika kita diberi harta, salurkan harta itu kepada yang membutuhkan. Jika diberi kedudukan, gunakan kedudukan itu untuk menolong orang yang lemah. Jangan jadikan semua itu sebagai alasan untuk menyombongkan diri, karena sesungguhnya kesombongan hanya akan membawa kita kepada kehancuran.


Sebagai penutup, marilah kita renungkan sabda Rasulullah shallallahualaihi wa sallam:  


لَنْ يُدْخِلَ أَحَدًا عَمَلُهُ الجَنَّةَ قَالُوا وَلاَ أَنْتَ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ لاَ، وَلاَ أَنَا، إِلَّا أَنْ يَتَغَمَّدَنِي اللهُ بِفَضْلٍ وَرَحْمَةٍ، فَسَدِّدُوا وَقَارِبُوا


Artinya, "Tidak seorang pun amalnya memasukannya ke surga. Sahabat bertanya, apakah termasuk engkau ya Rasulullah? Nabi menjawab, termasuk aku. Tetapi Allah telah menaungiku dengan anugerah dan rahmat, maka benarkanlah (niatmu dalam beramal) dan berlakulah sedang," (HR. al-Bukhari).


Semoga Allah menjadikan kita hamba-hamba yang tawaduk, rendah hati, dan senantiasa bersyukur atas nikmat yang diberikan-Nya. Semoga Allah menjaga kita dari penyakit sombong dan menjadikan kita orang-orang yang dirahmati juga mulia di sisi-Nya.


بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ

 

Khutbah II

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْإِيْمَانِ وَالْإِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْاِحْتِرَامِ


أَمَّا بَعْدُ. فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى إِنَّ اللهَ وَ مَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَاإِبْرَاهِيْمَ  فِي الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ


اَللّٰهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ. وَعَنْ أَصْحَابِ نَبِيِّكَ أَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِبْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِهِمْ إِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْأَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا إِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ


عِبَادَ اللهِ اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ. وَ اشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ

 

*Muhammad Rizky Fadillah, Alumni Ma'had Aly Tebuireng, Jombang.