• logo nu online
Home Warta Ekonomi Daerah Bahtsul Masail Pendidikan Neraca BMTNU Nasional Fiqih Parlemen Khutbah Pemerintahan Keislaman Amaliyah NU Humor Opini BMT NU Video Nyantri Mitra Lainnya Tokoh
Kamis, 9 Mei 2024

Daerah

Ketua BEM Pesantren Indonesia: Lembaga Pendidikan Harus Jadi Produsen dari Perkembangan Teknologi

Ketua BEM Pesantren Indonesia: Lembaga Pendidikan Harus Jadi Produsen dari Perkembangan Teknologi
Foto : Presnas BEM se Indonesia M. Naqib Abdullah (Dok Pribadi M Naqib Abdullah)
Foto : Presnas BEM se Indonesia M. Naqib Abdullah (Dok Pribadi M Naqib Abdullah)

NU Jombang Online,
76 tahun Indonesia merdeka, ada banyak hal menarik dari dunia pendidikan di Indonesia. Salah satunya adalah Ki Hadjar Dewantara resmi sebagai Menteri Pengajaran Republik Indonesia (19 Agustus 1945). Presedium Nasional Badan Eksekutif Mahasiswa (Presnas BEM) Pesantren se Indonesia M. Naqib Abdullah mengatakan 'Kita harus selalu mengingat slogan dari Ki Hadjar Dewantara, Ing ngarsa sungtulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani (Di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, di belakang memberi dorongan). 

"Di tengah pandemi Covid-19 saat ini, kita harus menggaungkan spirit pendidikan yang dibangun oleh Ki Hadjar pada saat itu, yang membangun spirit pasca kemerdekaan," kata pria yang akrab disapa Gus Naqib itu.

Dia mengatakan, masyarakat saat itu sedang dalam tahap membangun mental dan identitas setelah mengalami proses penjajahan yang panjang. Sehingga menurutnya, hal itu menjadi semangat dalam meletakkan dasar pendidikan pada saat itu.

"Sementara saat ini masyarakat Indonesia saat ini tidak hanya mendapatkan kesempatan belajar, tetapi membangun kembali mentalitas dan wawasan sebagai orang Indonesia," ungkapnya.

Naqib menjelaskan, semangat kebangsaan itu telah dilembagakan oleh Ki Hadjar dengan mendirikan sekolah Taman Siswa di Yogyakarta pada 1922. Kemerdekaan yang ke 76 ini diharapkan tidak hanya menjadi sekedar kemerdekaan Indonesia saja, melainkan harus tentang kemerdekaan di bidang pendidikan.

"Karena menurut saya, salah satu cita-cita para pendiri bangsa yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, walaupun kita ketahui bersama saat ini kita masih berada pada situasi pandemi Covid-19 yang terpaksa membuat segala aktivitas jadi serba daring," imbuhnya.

Dirinya mengaku, pada saat ini program pendidikan yang ditawarkan oleh Menteri Pendidikan Republik Indonesia, Nadiem Makarim, melalui Merdeka Belajar Kampus Merdeka, merupakan sebuah respons terhadap perubahan sosial yang sedang berkembang. 

"Lembaga pendidikan tidak hanya menjadi konsumen dari apa yang sedang berkembang di masyarakat, tetapi lembaga pendidikan seharusnya menjadi produsen dari perkembangan media dan teknologi yang ada," jelas pria asal Ngoro itu.

Lebih lanjut, Gus Naqib menjelaskan, berbagai temuan dalam media dan teknologi harusnya tidak hanya dikuasi oleh perusahaan-perusahaan besar. Lembaga pendidikan harus menjadi bagian dari itu, agar produksi pengetahuan di sekolah dan perguruan tinggi dapat menjembatani permasalahan sosial yang ada.

"Namun konsekuensinya harus menjalankan program pendidikan di Indonesia walaupun bukanlah sesuatu yang mudah. Tidak ada konsep dan program pendidikan yang ideal, apalagi di situasi yang seperti sekarang ini," tandasnya.

Terakhir Naqib mengingatkan, bahwa momentum 76 tahun Indonesia merdeka adalah momentum yang baik bagi semua masyarakat bentuk merefleksikan kembali langkah selanjutnya.

"Inilah momentum yang tepat bagi kita semua sebagai bagian dari masyarakat yang hidup di dalam situasi sosial saat ini, bagaimana terus melakukan hal yang bisa kita lakukan. Dari masyarakat yang berpikir, bertindak, dan terus berkembang yang akan menentukan arah dan dampak bagi masyarakat dan dunia pendidikan yang ada," pungkasnya.

 

Kontributor: Annisa Rahma Nur Listia

Editor : Fitriana


Editor:

Daerah Terbaru