• logo nu online
Home Warta Ekonomi Daerah Bahtsul Masail Pendidikan Neraca BMTNU Nasional Fiqih Parlemen Khutbah Pemerintahan Keislaman Amaliyah NU Humor Opini BMT NU Video Nyantri Mitra Lainnya Tokoh
Sabtu, 11 Mei 2024

Daerah

Gus Ali Paparkan Empat Tanda Orang Mengidap Penyakit Hati

Gus Ali Paparkan Empat Tanda Orang Mengidap Penyakit Hati

NU Jombang Online,
Pengasuh Pondok Pesantren Progresif Bumi Sholawat, Sidoarjo, Jawa Timur, KH. Agoes Ali Masyhuri, memaparkan terkiat empat tanda orang yang mengidap penyakit hati. Tenda-tanda tersebut ia katakan seringkali ditemui pada diri banyak orang.

Tanda yang pertama, kata dia, seseorang tidak mau dan tidak bisa mencintai orang lain dengan tulus. Bahkan tanda ini bisa jadi sampai tidak bisa mencintai orang tuanya sendiri juga keluarganya dengan tulus.

"Ia tidak mau mencintai orang lain dengan tulus. Bahkan kepada orang tuanya, anaknya dan seterusnya," katanya saat memberikan ceramah agama di Masjid Agung Baitul Mukminin Jombang pada acara peringatan Nuzulul Qur'an, Ahad malam (19/5).

Dengan demikian, lanjutnya, tidak mungkin seseorang tersebut juga bisa mencintai rasulullah dan tuhannya yang jelas-jelas tidak pernah ia diketuai selama ini. "Kalau begitu sulit mencintai rasulullah apalagi Allah SWT yang maha abstrak," imbuhnya.

Kemudian tanda yang kedua yaitu, seseorang akan kehilangan ketentraman bathin. Ia tidak akan bisa menemukan kenyamanan dan ketenanganan dalam melakukan aktivitas kesehariannya. 

"Hidupnya bingung terus. Kadang jasadnya di masjid pikirannya di luar. Jasadnya di mekkah pikirannya di luar mekkah," ucapnya.

Kiai yang kerap disapa Gus Ali melanjutkan, tanda yang ketiga adalah seseorang tidak akan menemukan kekhusyukan setiap kali beribadah kepada Allah SWT. Dengan demikian ia juga tidak akan bisa merasakan betapa nikmatnya dalam beribadah.

"Orang tersebut juga akan kehilangan kekhusyukan dalam ibadah," tutur kiai yang juga Wakil Rais Syuriah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur ini.

Tanda yang terkahir yakni gemar melakukan maksiat atau dosa. Setiap aktivitasnya cenderung memuat nilai-nilai kemaksiatan. (Syamsul Arifin)


Editor:

Daerah Terbaru