Daerah

Dari Awal, Pesantren Mengenalkan Sikap Nasionalisme

Kamis, 26 September 2019 | 21:03 WIB

Dari Awal, Pesantren Mengenalkan Sikap Nasionalisme

Nadirsyah Hosen (Gus Nadir) saat ngisi Studium Generale di Unipdu Jombang. (NU Jombang Online/Anggit)

NU Jombang Online, 
Pondok pesantren bisa menjadi kiblat setiap orang yang hendak belajar bagaimana sikap nasionalisme. Di lembaga pendidikan non formal warisan para ulama terdahulu itu terdapat sikap-sikap yang mesti dibuat cerminan dalam sikap kesetiaannya terhadap sebuah bangsa dan negara meski sejumlah santri harus berbaur dengan perbedaan-perbedaan.

Demikian ini disampaikan salah seorang Dosen Fakultas Hukum di Australia, Nadirsyah Hosen saat mengisi Studium Generale di Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum (Unipdu) Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang, Jawa Timur di Plaza kampus setempat, Kamis (26/9).

"Dari awal, pesantren merupakan barometer pengenalan bagaimana sikap nasionalisme, kita diajarkan di dalam pondok bagaimana menghargai sesama, satu visi dalam perbedaan yang beragam, di situlah akan muncul sikap dan semangat nasionalisme yang kokoh, tentunya dibangun dari kebersamaan," ujarnya.

Ia kemudian memberikan contoh semangat nasionalisme para santri dan kiai-kiai di pesantren. Semangat itu salah satunya ditunjukkan mereka kala bangsa dan Negara Indonesia mendapat ancaman dari penjajah pada zamannya, sehingga kalau dibiarkan, maka Indonesia jauh dari kemungkinan merdeka seperti sekarang. Kemerdekaan ini tidak lain di antaranya sebab perjuangan para santri, termasuk santri Tebuireng, Jombang. 

"Contohnya ketika saat terjadi pertempuran di Surabaya, kala itu santri dari Tebuireng juga trutu hadir untuk membantu perjuangan kemerdekaan bangsa. Dari situ ada pembelajaran bahwa santri dan pesantren merupakan wadah dinamis untuk memperkuat nasionalisme," ucapnya. 

Pria yang juga menjadi Rais Syuriah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Australia-Selandia Baru ini juga menyebut, pembentukan nasionalisme penting bagi setiap elemen kampus, lewat pembelajaran yang tertata dan pemberian pemahaman secara massif tentang Ukhuwah Islamiyah dan Ukhwah Wathaniyah.

Perguruan tinggi yang tidak memperhatikan sikap nasionalisme terkadang mudah disusupi kelompok radikal. Ini menurutnya sangat membahayakan terhadap keberlangsungan nilai-nilai nasionalisme yang telah lama ditanamkan pendiri bangsa. Oleh karena itu, kampus juga butuh memasukkan materi-materi kuliah yang mendukung terciptanya sikap nasionalisme mahasiswa.

"Isu radikalisme yang muncul di kampus, harus juga diimbangi dengan penataan pendidikan yang baik di setiap lini kampus, semangat nasionalisme harus dimunculkan untuk menanamkan benih kecintaan mahasiswa kepada agama dan juga negara," terangnya.

Hadir pada kesempatan ini ratusan mahasiswa dari berbagai fakultas dan jurusan, para civitas akademika kampus, di antaranya wakil rektor, para dekan dan seluruh staf. Tampak pula KH Afifudin Dimyati Romli sebagai Katib Syuriah PBNU sekaligus Pengasuh HQ Pesantren Darul Ulum Jombang.  (Anggit/Syamsul Arifin)Â