Sepak Terjang Farida Mawardi, Memimpin Organisasi Pelajar Putri NU di Masa Sulit (Periode 1963-1966)
Sabtu, 21 Juni 2025 | 09:00 WIB
Pada saat Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) didirikan pada 2 Maret 1955, usianya belum genap sepuluh tahun. Pemilik nama lengkap Faridatul Unsiyah Mawardi tersebut dilahirkan di Kota Solo pada 20 Agustus 1945 atau hanya tiga hari setelah bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya.
Farida atau Faridah, begitu ia biasa dipanggil, memiliki kakak bernama Latifatuzzahroh (Latifah) Mawardi, yang meski terpaut usia cukup jauh dari kakaknya tersebut (terpaut kurang lebih 8-9 tahun), namun ia kerapkali melihat beberapa pertemuan yang diselenggarakan di rumahnya di Jalan Imam Bonjol No 35 Keprabon Wetan Solo.
Kira-kira, pada tahun 1954, rumahnya yang juga sering disebut sebagai Pesantren Mashyudiyah (merujuk pada nama kakek Farida bernama KH Masyhud) atau kediaman Nyai Masyhud (merujuk pada nama nenek Farida atau istri KH Masyhud), kerap digunakan untuk pertemuan teman-teman kakaknya.
ADVERTISEMENT BY OPTAD
Diskusi-diskusi ringan yang dilakukan oleh sejumlah pelajar putri di Solo kala itu, di antaranya Umroh Machfudzoh, Atikah Murtadlo, Latifah Mawardi, Romlah, Basyiroh Soimuri, dan lain-lain. Dengan panduan Ketua Fatayat Cabang Surakarta, Nihayah (yang di kemudian hari menjadi istri Rais Aam PBNU, KH Achmad Siddiq), mereka berbicara tentang pentingnya organisasi pelajar putri dalam tubuh organisasi NU, setelah sebelumnya, pada bulan Februari 1954, telah lahir Ikatan Pelajar NU (IPNU).
Gagasan ini menjadi semakin matang dengan diusulkannya pembentukan sebuah tim kecil oleh paman Farida bernama Mustahal Achmad, Ketua PC IPNU Surakarta saat itu, untuk membuat draf pendirian IPPNU. Gagasan ini akhirnya terealisasikan dan kemudian bersamaan dengan momen Muktamar I IPNU di Malang, Jawa Timur tahun 1955, berdirilah IPPNU.
ADVERTISEMENT BY ANYMIND
Hampir setahun berikutnya, pada Januari 1956, diselenggarakanlah Konferensi Besar (Konbes) pertama (kelak disebut sebagai Kongres I) IPPNU yang diselenggarakan di Kota Surakarta. Rumah Farida dijadikan untuk pusat kepanitiaan Konbes. Hasil Konbes memutuskan untuk membentuk Pimpinan Pusat IPPNU yang berkedudukan di Solo (tepatnya di rumah Ny Hj Mahmudah Mawardi), dengan susunan pengurus utama: Basyiroh Shoimuri (Ketua Umum), Umroh Machfudzoh (Ketua I), dan Syamsiyah Muthoyyib (Sekjen).
Keluarga Penggerak NU
Farida terlahir dari keluarga penggerak NU. Kakeknya, KH Mashyud bin Qosim bin Ahmad merupakan tokoh kelahiran Bonang Lasem yang kemudian menjadi salah satu tokoh pengurus NU Surakarta pada masa awal berdiri (tahun 1930-an). Kemudian ibunya yang bernama Nyai Hj Mahmudah merupakan tokoh wanita NU, yang pernah menjadi Ketua Umum PP Muslimat NU selama beberapa periode (1950-1979). Sedangkan ayahnya Kiai Mawardi, merupakan tokoh Islam di Kota Solo, yang wafat di usia yang tergolong masih muda.
ADVERTISEMENT BY OPTAD
Pasangan Kiai Mawardi dan Nyai Mahmudah melahirkan 4 orang anak, yakni Djabir Mawardi (lahir tahun 1934), A Chalid Mawardi (1936), Latifatuzzahroh Mawardi (1936/1937), dan yang terakhir Faridatul Unsiyah Mawardi (1945). Keempat putra-putri Kiai Mawardi dan Nyai Mahmudah tersebut, kemudian juga ikut aktif sebagai penggerak NU.
Djabir aktif sebagai pengurus PMII dan GP Ansor, kemudian Chalid ikut mendirikan IPNU dan PMII, dan juga pernah menjadi Ketua Umum PP GP Ansor (1980-1985). Di kemudian waktu, KH A Chalid Mawardi mengemban amanah sebagai Ketua PBNU di era KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pada tahun 1989-1994.
ADVERTISEMENT BY ANYMIND
Sedangkan Latifah yang setelah menikah dikenal sebagai Latifah Hasyim, selain ikut mendirikan dan menjadi pengurus PP IPPNU di awal periode, juga pernah menjadi pengurus PP Muslimat NU sejak tahun 1968. Kemudian ia dipercaya menjadi Sekretaris Umum PP Muslimat NU (1984-1989), Ketua III (1989-1995), dan Ketua II (1995-2000).
Kemudian Farida yang memulai aktivitas organisasi, dengan menjadi pengurus IPPNU di Kota Surakarta. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, rumah Farida yang menjadi sentral PP IPPNU, membuatnya sedari dini telah banyak terlibat di organisasi ini.
Baca selengkapnya tulisan ini melalui link berikut: https://nu.or.id/tokoh/farida-mawardi-memimpin-organisasi-pelajar-putri-nu-di-masa-genting-1963-1966-eJxby
ADVERTISEMENT BY ANYMIND
ADVERTISEMENT BY ANYMIND