Khutbah Jumat: Menguatkan Persaudaraan dalam Kemuliaan Manusia
Kamis, 14 November 2024 | 06:45 WIB
Muhammad Rizky Fadillah
Penulis
Khutbah I
اَلْحَمْدُ ِللّٰهِ. اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ خَلَقَ الْإِنْسَانَ فِيْ أَحْسَنِ تَقْوِيْمٍ. أَشْهَدُ أَنْ لَآ اِلٰهَ إِلَّا اللهُ الْعَظِيْمُ الْكَرِيْمُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كُنِّيَ بِأَبِي الْقَاسِمِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ
فَيَاأَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْاۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah.
Pada hari yang mulia ini, mari kembali kita kuatkan tekad dalam hati kita untuk terus berusaha menjalankan apa yang telah diperintahkan oleh Allah, baik perintah ini yang bersifat al-ma'murat (hal-hal yang harus kita lakukan) ataupun perintah yang berupa anjuran (al-mandubat). Juga kita tinggalkan segala hal-hal yang dilarang-Nya, baik larangan ini yang bersifat al-muharromat (hal-hal yang harus kita tinggalkan) maupun hal-hal yang sebaiknya kita tinggalkan (al-makruhat). Karena dengan ini lah yang menjadi bekal utama kita untuk mendapatkan kebahagiaan dalam kehidupan di dunia ini, terutama nanti dalam kehidupan akhirat.
Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah.
Allah swt memerintahkan kita untuk senantiasa bertakwa kepada-Nya. Bentuk takwa bukan saja bersifat vertikal, antara kita dan Allah swt semata, melainkan juga horizontal, yakni kita dengan makhluk Allah lainnya, khususnya dengan sesama manusia. Tentu kedua hal ini perlu kita jaga keseimbangannya sebagai bentuk ketakwaan kita kepada Allah.
Sebagai makhluk sosial yang akan selalu membutuhkan keberadaan manusia lainnya, kita tidak bisa menganggap kecil peran orang lain di dalam hidup kita. Maka segala upaya dalam rangka merawat hubungan sesama manusia ini harus diperhatikan dan diwujudkan dalam segala tindakan kita.
Upaya ini pun sejalan dengan kemuliaan yang Allah swt berikan kepada manusia sejak ia diciptakan. Betapa Allah swt telah menciptakan manusia dari tanah, kemudian menciptakan anak keturunannya dan menebar mereka ke setiap penjuru bumi-Nya. Allah juga menundukkan makhluk lainnya demi kepentingan dan keberlangsungan hidup manusia. Hal ini menunjukkan bahwa Allah swt telah memberikan keutamaan dan kemuliaan kepada manusia yang bahkan tidak diberikan ke makhluk-Nya yang lain.
Allah swt berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Isra (17) ayat 70.
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِيْٓ اٰدَمَ وَحَمَلْنٰهُمْ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنٰهُمْ مِّنَ الطَّيِّبٰتِ وَفَضَّلْنٰهُمْ عَلٰى كَثِيْرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيْلًا
Artinya, “Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna.”
Dalam ayat tersebut, Allah swt menegaskan betapa manusia adalah makhluk-Nya yang amat mulia. Allah memberikan berbagai macam pemberian untuk menunjang kebutuhan dan memberikan hal yang lebih dibanding makhluk-makhluk lainnya. Betapa Allah begitu memuliakan kita sebagai makhluknya. Dengan demikian, jelas kita tidak memiliki sedikitpun alasan untuk tidak memuliakan dan merawat hubungan sesama manusia.
Kemuliaan dan keutamaan ini tentu saja melekat terhadap semua manusia. Hal itu adalah hal mendasar yang diberikan oleh Allah swt kepada kita semua. Karena itu, segala bentuk upaya yang menghinakan dan merendahkan martabat manusia sama sekali tidak bisa dibenarkan.
Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah.
Dalam ayat lain, Allah swt juga memerintahkan kepada kita untuk saling mengenal sebagai salah satu bentuk membangun dan menjaga hubungan sesama. Allah swt. berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Ḥujurāt ayat 13.
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْاۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
Artinya, “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti.”
Kita hidup di dunia yang penuh dengan keberagaman. Di negeri kita sendiri, Indonesia, terdapat banyak suku dan bahasa seperti Sunda, Jawa, Bugis, Minang, Batak, Dani, Asmat, dan Dayak. Setiap suku memiliki budaya dan tradisinya yang unik.
Dalam konteks internasional, kita juga mengenal beragam bangsa. Di Timur Tengah, ada bangsa Arab; di Barat, terdapat bangsa Eropa dan Amerika; ke selatan, kita melihat bangsa India; dan di Timur, ada bangsa Jepang, China, dan Korea. Begitu banyaknya perbedaan ini menunjukkan kekayaan ciptaan Allah.
Namun, jamaah sekalian, dari keberagaman ini juga menyimpan potensi perpecahan. Jika tidak dikelola dengan baik, perbedaan ini bisa menjadi sumber ketegangan dan pertikaian. Oleh karena itu, kita perlu mencari titik temu yang dapat menyatukan kita semua sebagai manusia.
Hal yang menyatukan kita adalah kemanusiaan kita. Kita semua adalah manusia yang diciptakan oleh Allah dengan kemuliaan dan memiliki keunikannya masing-masing. Sudah sepatutnya kita saling menjaga, menghormati, dan memuliakan satu sama lain.
Hal ini dipertegas dengan sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad berikut.
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي حَجَّةِ الْوَدَاعِ : أَلا أُخْبِرُكُمْ بِالْمُؤْمِنِ ؟ الْمُؤْمِنُ مَنْ أَمِنَهُ النَّاسُ عَلَى أَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ ، وَالْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ النَّاسُ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ ، وَالْمُجَاهِدُ مَنْ جَاهَدَ نَفْسَهُ فِي طَاعَةِ اللَّهِ ، وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ الْخَطَايَا وَالذُّنُوبَ
Artinya, “Rasulullah saw ketika haji wada’ bersabda: ‘Maukah kalian kuberitahu pengertian Mukmin? Mukmin adalah orang yang memastikan dirinya memberi rasa aman untuk jiwa dan harta orang lain, sedangkan Muslim ialah orang yang memastikan ucapan dan tindakannya tidak menyakiti orang lain. Sementara mujahid adalah orang yang bersungguh-sungguh dalam ketaatan kepada Allah swt, sedangkan orang yang berhijrah (muhajir) ialah orang yang meninggalkan kesalahan dan dosa.”
Jamaah Jumat yang berbahagia.
Oleh karena itu, di mimbar ini, khatib mengajak jamaah sekalian, khususnya khatib pribadi, untuk dapat menumbuhkan rasa persaudaraan sesama manusia, dengan saling memahami dan menghargai, kita bisa mewujudkan kedamaian yang kita dambakan.
Semoga Allah senantiasa memberikan kita kekuatan dan kebijaksanaan untuk hidup berdampingan dengan penuh kasih sayang dan saling pengertian.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ ثُمَّ الْحَمْدُ لِلّٰهِ. أَشْهَدُ أنْ لَآ إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ
فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْيَآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ
اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلَاءَ وَاْلوَبَاءَ والقُرُوْنَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خَآصَّةً وَسَائِرِ بُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عَآمَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ اللّٰهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
عِبَادَاللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
*Muhammad Rizky Fadillah, Alumni Ma'had Aly Tebuireng, Jombang.
Terpopuler
1
Puasa Ayyamul Bidh di Bulan Rajab, Ini Niat dan Keutamaannya
2
Khilafiah Ulama tentang Hukum Pemindahan Pemakaman Jenazah ke Daerah Lain
3
Makna Filosofi di Balik Nama Bulan Rajab
4
Gelar Taaruf, LP4Q JQHNU Jombang Kuatkan Komitmen Pembelajaran Metode Tartila
5
Ketua PCNU Jombang Ajak Muslim Manfaatkan Rajab dengan Beragam Amalan, Mulai Istighfar hingga Sedekah
6
Rapimcab IPNU-IPPNU Jombang, Upaya Perkuat Kolaborasi Tingkat PAC dan PKPT
Terkini
Lihat Semua