• logo nu online
Home Warta Ekonomi Daerah Bahtsul Masail Pendidikan Neraca BMTNU Nasional Fiqih Parlemen Khutbah Pemerintahan Keislaman Amaliyah NU Humor Opini BMT NU Video Nyantri Mitra Lainnya Tokoh
Selasa, 19 Maret 2024

Khutbah

Khutbah Jumat: Berguru kepada Nabi Ibrahim dalam Mendidik Anak

Khutbah Jumat: Berguru kepada Nabi Ibrahim dalam Mendidik Anak
Khutbah Jumat: Berguru kepada Nabi Ibrahim dalam Mendidik Anak. (Foto: 99.co)
Khutbah Jumat: Berguru kepada Nabi Ibrahim dalam Mendidik Anak. (Foto: 99.co)

Khutbah I

 

الحَمْدُ للهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقَهُ الْقُرْآنُ،


 أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمْ : قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ 


Hadirin sidang Jumat rahimakumullah


marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah swt, baik dalam keadaan senang, ataupun susah. Sebab takwa merupakan manifestasi ketaatan seorang hamba kepada Allah. Di samping itu, hendaklah kita dalam beribadah senantiasa dilandasi karena cinta kepada Allah dan ikhlas, tulus senantiasa mengharapkan ridha-Nya. 


Jama’ah Jumat rahimakumullah.


Sebagai orang ttua kita memiliki kewajiban mendidik anak dengan baik. Dan salah satu suri tauladan dalam mendidik anak adalah kekasih Allah yaitu Nabi Ibrahim AS, sebagaimana pujian Allah kepada Nabi Ibrahim AS:


قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ


"Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia;....” (Qs. al-Mumtahanah: 4)


لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيهِمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَمَنْ يَتَوَلَّ فَإِنَّ اللَّهَ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ


“Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) Hari kemudian. Dan barangsiapa yang berpaling, maka sesungguhnya Allah, Dia-lah yang maha kaya lagi terpuji.” (Qs. al-Mumtahanan: 6)


Adapun terkait masalah anak, ada dua hal yang perlu kita belajar dari Nabi Ibrahim AS. Pertama, kesabaran beliau dalam pernikahan yang menantikan kehadiran sang buah hati. Dalam mengarungi rumah tangga, Nabi Ibrahim dengan sabar dan tak kenal putus asa senantiasa memohon kepada Allah untuk dikaruniai seorang anak. Bahkan permohonan beliau diabadikan di dalam al-Qur’an:


رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ


"Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh. (Qs. Ash-Shaffat: 100) 


Jama’ah Jumat rahimakumullah.


Kesabaran dan keikhlasan Nabi Ibrahim dalam memohon buah hati, akhirnya dikabulkan oleh Allah. Selama 86 tahun menikah, akhirnya baru dikaruniai seorang anak laki-laki yang diberi nama Ismail. Namun ujian dari Allah kepada Nabi Ibrahim belum selesai, anak yang diidam-idamkan dan dicintai, tumbuh menjadi anak yang cerdas dan menyenangkan, ternyata diminta oleh Allah untuk dijadikan sebagai qurban. Allah tidak meminta harta, tidak meminta kambing, tidak meminta sapi atau yang lain, tetapi Allah meminta sesuatu yang paling berharga dan yang paling dicintai oleh Nabi Ibrahim. Sebagaimana terekam dalam surat ash-Shaffat: 102 dan 102.


Bagi Nabi Ibrahim kecintaan, keridhaan Allah kepada dirinya jauh lebih penting dari apapun. Apa saja yang ia miliki, apa saja yang ia cintai, kalau itu diminta oleh Allah akan diberikan sepenuhnya. Sehingga Nabi Ibrahim berhasil melewati ujian ini. 


Di sisi lain, sebuah keberhasilan Nabi Ibrahim dalam mendidik anak untuk senantiasa taat kepada Allah dan kedua orang tua mampu dimiliki oleh anaknya bahkan sampai pada ketaatan di luar batas yang irasional.


Kedua, mencontoh Nabi Ibrahim dalam mendidik dan memposisikan anak. Sebagai seorang nabi dan Rasul, Nabi Ibrahim memiliki kesibukan yang luar biasa, namun di tengah kesibukannya tersebut, beliau selalu memonitor, memberi perhatian dan kasih sayang pada si buah hati yaitu Nabi Ismail. 


Jama’ah Jumat rahimakumullah.


Tidak hanya sampai di situ, Nabi Ibrahim ketika Nabi Ismail beranjak dewasa dan mampu untuk diajak diskusi, beliau memposisikan putranya layaknya sahabat. Sebagai orang tua, Nabi Ibrahim tidak otoriter dan diktator pada anak. Tidak pula bertindak semau beliau sendiri, melainkan mengajak diskusi dan meminta pendapat putranya atas permasalahan yang ada. Sebagaimana termaktub dalam al-Qur’an:


فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَابُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَاأَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ


“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insyaallah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". (Qs. ash-Shaffat: 102)


Seorang anak yang diberikan perhatian, kasih sayang dan diposisikan sebagai orang yang memiliki hak untuk berpendapat, maka anak tersebut akan memiliki sifat dan sikap sebagaimana yang diajarkan oleh orang tuanya. Anak akan perhatian dan peduli pada orang tuanya, anak akan sayang dan membantu orangtuanya.


Jama’ah Jumat rahimakumullah.


Bahkan pada saat Nabi Ibrahim diperintah Allah untuk merenovasi Baitullah, tanpa disuruh ataupun diperintah, Nabi Ismail datang membantu Nabi Ibrahim, sehingga sampai saat ini ada yang disebut Hijir Ismail di sekitar Kakbah. Sebagaimana tertuang dalam firman Allah swt:


وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرَاهِيمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَإِسْمَاعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ


Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui". (Qs. al-Baqarah: 127). 


Nah bagaimana dengan kita semua dalam mendidik anak? Meski memiliki kesibukan yang luar biasa, jangan pernah melalaikan anak, sempatkan memperhatikan anak dengan siapa ia bergaul, kontrol anak apakah sudah shalat dan ngaji, beri kesempatan anak untuk mengutarakan apa yang ia pikirkan dan lain sebagainya. Masak bukan nabi dan rasul terus bilang ndak ada waktu untuk anak.


بارك الله لى ولكم فى القرآن العظيم ونفعنى واياكم بما فيه من الايات والذكر الحكيم وتقبل الله منى ومنكم تلاوته انه هو السميع العليم


*Penyusun teks khutbah: Moh Makmun Ketua PC Lembaga Takmir Masjid Nahdlatul Ulama (LTMNU) Kabupaten Jombang 


Khutbah Terbaru