2 Teks Khutbah Jumat di Momentum Hari Kemerdekaan Indonesia
Jumat, 16 Agustus 2024 | 08:58 WIB
Berikut ini dua teks khutbah Jumat terkait pentingnya mencintai Tanah yang bisa dibaca khatib untuk menggugah spirit nasionalisme jamaah shalat Jumat.
Khutbah Jumat Kemerdekaan 1: Mencintai Tanah Air Teladan Rasulullah
Khutbah I
اَلْحَمْدُ للهِ، اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِىْ جَعَلَ الْاِسْلَامَ طَرِيْقًا سَوِيًّا، وَوَعَدَ لِلْمُتَمَسِّكِيْنَ بِهِ وَيَنْهَوْنَ الْفَسَادَ مَكَانًا عَلِيًّا. أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا حَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِىْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى : بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Hadirin jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,
Sebagaimana diketahui bersama bahwa takwa adalah bagian dari hal yang pokok bagi kita semua. Takwa mengantarkan kita kepada jalan kebahagiaan di dunia dan akhirat kelak. Dengan takwa juga, berbagai urusan yang kadang menjadi beban di dunia dimudahkan oleh Allah swt. Termasuk dalam urusan ekonomi yang kadang menjadi sumber masalah pada kehidupan manusia, Allah swt akan memberikan jalan yang tak disangka-sangka kepada hamba-Nya yang bertakwa. Oleh karena itu, saya mengajak kepada hadirin semua dan tentu saja kepada diri saya sendiri untuk selalu berikhtiar mempertebal ketakwaan kepada Allah swt. Takwa dalam makna yang sangat sederhana adalah menjalankan perintah Allah dan sekaligus meninggalkan larangan-Nya.
Hadirin jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,
Saat ini kita berada di bulan yang bersejarah bagi bangsa Indonesia, yakni bulan Agustus. Jamak kita pahami bersama bahwa para pendahulu, pejuang bangsa telah mengorbankan segala sesuatunya, bahkan nyawanya sekalipun diberikan untuk kemerdekaan negeri Indonesia. Kemerdekaan kita bukanlah hadiah dari Belanda dan Jepang, tapi kemerdekaan ini ditebus oleh seluruh rakyat Indonesia dengan cucuran darah, keringat, dan air mata.
Seluruh bangsa bersatu untuk menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia, tidak pernah terpikirkan apakah istrinya akan menjadi janda, anaknya menjadi yatim. Yang terpikir di benak para pahlawan itu hanyalah merdeka. Setelah melewati berbagai serangan penjajahan, dan berhasil mengusirnya, pada 17 Agustus 1945 silam akhirnya kemerdekaan Indonesia bisa diproklamasikan.
Untuk itu, melalui mimbar ini, Alfaqir mengajak kepada hadirin untuk menjadikan Jumat ini sebagai wasilah untuk meneguhkan kembali jiwa nasionalisme kita. Indonesia ini adalah rumah kita bersama meski di dalamnya terdapat berbagai macam kepercayaan atau agama, suku, budaya, bahasa, kulit, dan perbedaan-perbedaan yang lain. Sebagai penghuni rumah yang baik, merawat rumah sekaligus menjaga keutuhan dari semua unsur penghuni di dalamnya tentu hal itu adalah sikap yang semestinya.
Bila demikian itu kita lestarikan dalam kehidupan kita yang selalu berdampingan ini, maka keharmonisan akan terwujud. Kita boleh berbeda, tapi perbedaan itu tetap dalam garis kebersamaan. Begitu juga dengan sebuah negara Indonesia, Tanah Air kita, yang Alfaqir analogikan sebagai rumah itu tak sedikit pun goyah. Indonesia justru akan lebih kuat karena para penghuninya komitmen untuk saling menjaga, sebagai wujud dari kecintaan terhadap Tanah Air itu.
Hadirin jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,
Perlu diketahui, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri pernah mengungkapkan rasa cintanya kepada tanah kelahiran beliau, Makkah. Hal ini bisa kita lihat dalam penuturan Ibnu Abbas radliyallahu ‘anh yang diriwayatkan dari Ibnu Hibban:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَا أَطْيَبَكِ مِنْ بَلْدَةٍ وَأَحَبَّكِ إِلَيَّ، وَلَوْلَا أَنَّ قَوْمِي أَخْرَجُونِي مِنْكِ، مَا سَكَنْتُ غَيْرَكِ
Artinya, “Dari Ibnu Abbas ra ia berkata, Rasulullah saw bersabda, ‘Alangkah baiknya engkau (Makkah) sebagai sebuah negeri, dan engkau merupakan negeri yang paling aku cintai. Seandainya kaumku tidak mengusirku dari engkau, niscaya aku tidak tinggal di negeri selainmu” (HR Ibnu Hibban).
Nabi lantas hijrah ke Kota Yatsrib, sekarang bernama Madinah. Di tempat tinggal yang baru ini, Rasulullah pun berharap besar bisa mencintai Madinah sebagaimana beliau mencintai Makkah. Seperti yang terungkap dalam doa beliau yang terekam dalam Shahih Bukhari.
اللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا الْمَدِينَةَ كَحُبِّنَا مَكَّةَ أَوْ أَشَدَّ
Artinya, “Ya Allah, jadikan kami mencintai Madinah seperti cinta kami kepada Makkah, atau melebihi cinta kami pada Makkah.” (HR al-Bukhari 7/161)
Hadirin jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,
Islam mengajarkan bahwa cinta tanah air bagian dari Iman. Tanah air kita adalah Indonesia. Mencintai Indonesia adalah bagian dari iman. Kiai Muhammad Said dalam kitab Ad-Difa’ ani Al Wathan min Ahammi al-Wajibati ala Kulli Wahidin Minna menjelaskan bahwa umat Islam wajib menjaga persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebagaimana yang dicontohkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yaitu memupuk persaudaraan dan persatuan di kalangan Muhajirin, antara kalangan Muhajirin dan Ansor, serta mengakomodasi kepentingan umat Islam, umat Yahudi, dan orang-orang Musyrik.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam juga telah memberikan teladan penting sebagai pribadi yang sangat mencintai Tanah Airnya. Demikian ini sebagaimana dicontohkan Nabi yang termaktub dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahih Bukhari juz 3 halaman 23:
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ، عَنْ حُمَيْدٍ، عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، «أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، كَانَ إِذَا قَدِمَ مِنْ سَفَرٍ، فَنَظَرَ إِلَى جُدُرَاتِ المَدِينَةِ، أَوْضَعَ رَاحِلَتَهُ وَإِنْ كَانَ عَلَى دَابَّةٍ حَرَّكَهَا مِنْ حُبِّهَا
Artinya, "Ketika Rasulullah hendak datang dari bepergian, beliau mempercepat jalannya kendaraan yang ditunggangi setelah melihat dinding Kota Madinah. Bahkan beliau sampai menggerak-gerakan binatang yang dikendarainya tersebut. Semua itu dilakukan sebagai bentuk kecintaan beliau terhadap Tanah Airnya. " (HR Bukhari).
Hadirin jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,
Mengapa begitu penting kita cinta terhadap Tanah Air? Jawabannya sangat sederhana, karena hanya dengan kondisi bangsa dan negara yang aman dan stabil, umat kita bisa beribadah dengan nyaman, beramal dengan baik, dan dapat beristirahat dengan nyenyak. Bayangkan saudara kita yang dilanda peperangan, seperti di Suriah, Afghanistan, Irak, dan negara-negara konflik lainnya, mereka tidak pernah nyaman dan enak seperti kita. Atsar Khalifah Umar bin Khatab sebagaimana dikutip Syekh Ismail Haki dalam kitab Tafsir Ruhul Bayan juz 6 halaman 442 menyatakan:
ﻟَﻮْلَا ﺣُﺐُّ ﺍﻟْﻮَﻃَﻦِ ﻟَﺨَﺮُﺏَ ﺑَﻠَﺪُ ﺍﻟﺴُّﻮْﺀ ﻓَﺒِﺤُﺐِّ ﺍﻟْﺎَﻭْﻃَﺎﻥِ ﻋُﻤِﺮَﺕِ ﺍْﻟﺒُﻠْﺪَﺍﻥُ
Artinya, Sayyidina Umar berkata: “Seandainya tidak ada cinta tanah air, hancurlah negara yang terpuruk. Dengan cinta Tanah Air, negara akan Berjaya.”
Dengan kecintaan terhadap Tanah Air, kita tentu saja memiliki keinginan untuk menjadikan Tanah Airnya maju, aman, dan damai. Dengan cinta Tanah Air, kita tidak menginginkan bangsanya hancur, terpecah belah, penuh konflik, dan saling bermusuhan. Menyongsong hari ulang tahun ke-78 kemerdekaan Republik Indonesia kita doakan bersama Indonesia menjadi negara yang maju, aman, damai, sejahtera, dicintai rakyatnya, dan menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur (negara yang baik dan diampuni oleh Allah subhanahu wata’ala). Amin amin, ya rabbal alamin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ اْلكَرِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Khutbah Jumat Kemerdekaan 2: Kewajiban Mencinta Tanah Air
Khutbah I
الْحَمْدُ لله فَاطِرِ الْأَرْضِ وَالسَّمَوَاتِ، وَبَاعِثِ الْخَلْقِ بَعْدَ الْبِلَى وَالْمَمَاتِ؛ لِيَجْزِيَ الَّذِينَ أَحْسَنُوا بِالْحُسْنَى وَالَّذِينَ أَسَاءُوا بِالسَّيِّئَاتِ، أَشْهَدُ أَن لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ يُبَاهِي أَهْلَ السَّمَاءِ بِأَهْلِ عَرَفَاتٍ، وَيَهَبُ مُسِيئَهُمْ لِمُحْسِنِهِمْ وَيَغْفِرُ لَهُمُ التَّبِعَاتِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، الْعَلِيُّ شَأْنُهُ بَيْنَ الْكَائِنَاتِ
اللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ نِالدَّاعِيْ إِلَى الْخَيْرَاتِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أُولِي الْفَضَائِلِ وَأَرْبَابِ الْمَكْرَمَاتِ، وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِيْهِمْ بِالْحَسَنَاتِ مَا دَامَتِ الشَّمْسُ وَأَشْرَقَتِ الْكَوَاكِبُ النَّيِّرَاتُ
أَمَّا بَعْدُ. فَيَا أيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ الله ، اِتَّقُوا اللهَ تَعَالَى حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ ، فَإِنَّ بِتَقْوَاهُ تَحْصُلُ السَّعَادَةُ وَالنَّجَاةُ
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطنِ الرَّجِيْمِ . بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ إِنَّ الَّذِي فَرَضَ عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لَرَادُّكَ إِلَى مَعَادٍ قُلْ رَبِّي أَعْلَمُ مَنْ جَاءَ بِالْهُدَى وَمَنْ هُوَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
Hadirin jamaah Jumat yang dirahmati Allah.
Di hari yang penuh berkah ini, mari kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah swt, dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Karena hanya dengan takwa kita akan mendapatkan keberuntungan dan keselamatan.
Salah satu perintah yang harus kita lakukan adalah mencintai Negara Indonesia dengan berbagai keragamannya. Hadirin jamaah Jumat yang dirahmati Allah. Tidak lama lagi kita akan memperingati hari kemerdekaan negara kita tercinta. Mari kita jadikan ini sebagai momentum untuk meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah dengan terus memperkuat rasa cinta kita terhadap Negara Indonesia.
Cinta Tanah Air adalah berpikir, bersikap, dan berbuat suatu hal yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, penghargaan yang setinggi-tingginya terhadap bangsa dan negara serta rela berkorban demi Negara Indonesia.
Cinta Tanah Air merupakan satu kewajiban bagi setiap warga negara. Tanpa rasa cinta, sebuah negara akan hancur.
Sahabat Umar bin Al Khattab mengatakan:
لَوْلَا حُبُّ الْوَطَنِ لَخَرَبَ بَلَدُ السُّوْءِ فَبِحُبِّ الْأَوْطَانِ عُمْرَتِ الْبُلْدَانُ
Artinya, "Seandainya tidak ada cinta Tanah Air, niscaya akan semakin hancur sebuah daerah yang terpuruk. Maka dengan cinta Tanah Air, sebuah negara akan menjadi lebih maju".
Hadirin jamaah Jumat yang dirahmati Allah.
Dalam surat Al-Qoshosh ayat 85, disabdakan:
إِنَّ الَّذِي فَرَضَ عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لَرَادُّكَ إِلَى مَعَادٍ ...... الأية
Diturunkan ayat tersebut erat hubungannya dengan kecintaan dan kerinduan Nabi Muhammad saw terhadap Tanah Airnya yaitu Makkah.
Ketika Nabi Muhammad saw keluar dari gua tempat persembunyian di dalam perjalanannya menuju Madinah, beliau mengambil jalan yang tidak biasa dilalui oleh masyarakat. Hal ini karena kekhawatiran beliau akan diketahui oleh orang-orang kafir yang mencarinya, jika mengambil jalan yang biasa dilalui.
Setelah merasa aman, beliau kembali ke jalan biasanya dan beristirahat di Juhfah, suatu daerah yang terletak antara Makkah dan Madinah. Di tempat inilah beliau merasa rindu pada tanah kelahirannya. Lalu turunlah malaikat Jibril atas perintah Allah.
Malaikat Jibril berkata: apakah engkau rindu pada negerimu dan tanah kelahiranmu?
Nabi Muhammad menjawab: Ya Lalu malaikat Jibril berkata: Sesungguhnya Allah swt berfirman:
إِنَّ الَّذِي فَرَضَ عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لَرَادُّكَ إِلَى مَعَادٍ
Artinya, “Sesungguhnya yang mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum-hukum) Al-Qur’an benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali (Makkah)”
Ulama tafsir memahami ayat tersebut sebagai petunjuk bahwa cinta Tanah Air merupakan sebagian dari iman.
Hadirin jamaah Jumat yang dirahmati Allah.
Hubbul wathan minal iman, bukan merupakan teks hadits ataupun Al-Qur’an. Adapun pendapat yang mengatakan bahwa teks itu merupakan hadits, maka dinilai sebagai hadits maudhu' oleh para ulama.
Kendati demikian makna hubbul wathan minal iman adalah benar, sebagaimana diungkapkan oleh Syeikh Ali Mulla Al Qori’ dalam karyanya Mirqoh Al Mafatih:
وَاَمَّا حَدِيْثُ حُبُّ الْوَطَنِ مِنَ اْلإِيْمَانِ فَمَوْضُوْعٌ وَإِنْ كَانَ مَعْنَاهُ صَحِيْحًا
Artinya, "Hadits hubbul wathan minal iman adalah maudhu’, meskipun maknanya sahih (benar)".
Hadirin jamaah Jumat yang dirahmati Allah.
Wujud cinta Tanah Air dapat disesuaikan dengan keadaan seseorang. Misalnya, bentuk cinta Tanah Air bagi anak yang masih kecil adalah dengan patuh kepada kedua orang tua, selama perintah itu tidak bertentangan dengan agama. Patuh kepada guru dan pendidiknya.
Bentuk cinta Tanah Air bagi seorang pelajar adalah dengan bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu, sehingga dengan ilmu yang didapatkan, ia dapat mendarmabaktikan dirinya untuk kemajuan negaranya.
Bentuk cinta Tanah Air bagi ulama adalah dengan mendoakan dan memberikan nasihat kepada pemerintah. Dan untuk orang tua, mencari pekerjaan yang halal untuk menafkahi keluarganya.
Hadirin jamaah Jumat yang dirahmati Allah.
Kita semua mempunyai peranan masing-masing dalam mewujudkan rasa cinta Tanah Air Indonesia. Dan apabila semua elemen saling bergotong royong, maka Negara Indonesia akan menjadi baldatun thaiyybah, negara yang maju, aman dan makmur. Amin amin ya rabbal alamiin.
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطنِ الرَّجِيْمِ . بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ إِنَّ الَّذِي فَرَضَ عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لَرَادُّكَ إِلَى مَعَادٍ قُلْ رَبِّي أَعْلَمُ مَنْ جَاءَ بِالْهُدَى وَمَنْ هُوَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ . وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ . وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ . فَاسْتَغْفِرُوْا إِنَّهُ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah II
الْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ أتَمَّ عَلَيْنَا نِعْمَتَهُ ، وَأَكْمَلَ لَنَا الدِّيْنَ وَشَرَّعَ لَنَا مِنَ الْأَعْمَالِ الصَّالِحَاتِ أَنْوَاعًا وَأَصْنَافًا لِنَتَقَرَّبَ بِهَا إِلَى رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ أَكْرَمُ الْأَكْرَمِيْنَ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُصْطَفَى عَلَى جَمِيْعِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ
اللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِيْهِمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ
فَيآأيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اتَّقُوا اللهَ، اتَّقُوااللهَ تَعَالَى وَأَطِيْعُوْهُ فَإِنَّ طَاعَتَهُ أَقْوَمُ وَأَقْوَى، وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى، وَاحْذَرُوا أَسْبَابَ سَخَطِ الْجَبَّارِ، فَإِنَّ أَجْسَامَكُمْ عَلَى النَّارِ لَا تَقْوَى
وَاعْلَمُوا أَنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الْأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ
اللهم اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ ؛ اللهم أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ , وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ , وَاجْعَلْ هٰذَا الْبَلَدَ آمِنًا , رَخَاءً , سَخَاءً , وَسَائِرَ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ ؛ اللهم نَوِّرْ عَلَى أَهْلِ الْقُبُوْرِ قُبُوْرَهُمْ , اللهم اغْفِرْ لِلْأَحْيَاءِ وَيَسِّرْ لَهُمْ أُمُوْرَهُمْ اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هٰذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ . فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْا عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
******
*Catatan: Dua teks khutbah di atas sebelumnya telah terbit di NU Online Jombang. Redaksi memuat kembali tanpa mengubah tulisan termasuk judul dari masing-masing khutbah.
Terpopuler
1
Libur Panjang Akhir Januari 2025, Catat Tanggalnya!
2
Riwayat Penyakit Imam Syafi'i hingga Wafat di Akhir Bulan Rajab
3
Wujudkan NU Care Sehat, LAZISNU Mojoagung Kembali Gelar Pengobatan Gratis
4
Muslimat NU Bareng Gelar Pengajian dan Baksos, Sinergi Sosial dan Berdayakan UMKM
5
Pekan Ngaji Tafsir Nusantara Bersama Para Mufassir, Ini 3 Tujuan Utama menurut Gus Awis
6
Gelar Raker II, IPNU-IPPNU Jombang Kota Siapkan Agen Perubahan Sosial
Terkini
Lihat Semua