Daerah

Kurikulum Pendidikan di Indonesia Harus Tumbuhkan Nalar Kritis dan Kreatif Siswa

Sabtu, 25 September 2021 | 16:22 WIB

Kurikulum Pendidikan di Indonesia Harus Tumbuhkan Nalar Kritis dan Kreatif Siswa

Workshop Penguatan Teknik Penyusunan RPP dan RPP-LKPD Berbasis Literasi Numerasi. (Foto: Istimewa)

NU Online Jombang, 
Madrasah Aliyah (MA) Salafiyah Syafiiyah Seblak, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang menggelar Workshop Penguatan Teknik Penyusunan RPP dan RPP-LKPD Berbasis Literasi Numerasi, Sabtu (25/9/2021). Acara digelar di aula dan diikuti semua guru. 

Hadir sebagai narasumber Marjuki, widyaiswara dari Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) dan Pimpinan Wilayah (PW) Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) Jawa Timur. Juga Arif Hidayatullah Kasi Pendidikan Madrasah dan Syamsul Huda analisis kurikulum. Keduanya dari Kantor Kementerian Agama Kabupaten Jombang. Tampak hadir pula Ahmad Faqih, Sekretaris PW Pergunu Jawa Timur. 

Saat memaparkan materi, Marjuki mengkritisi kurikulum Indonesia selama ini yang lebih banyak berbicara kepada konten (isi). Namun kurang fokus dalam mengembangkan potensi siswa. "Sehingga yang terjadi adalah penjejalan materi, bahkan sekadar mengejar materi yang harus disampaikan kepada siswa," ujar Koordinator Divisi PW Pergunu Jatim ini.

Dia menambahkan sudah waktunya kurikulum berbicara model. Siswa dilatih berpikir kritis dan kreatif untuk memecahkan masalah, sehingga siswa menjadi kompeten. "Jangan hanya berbicara menghabiskan materi pembelajaran, ujarnya. 

Doktor dari Unesa ini menuturkan, pembelajaran selama ini masih belum memicu siswa untuk berpikir. Pertanyaan dari guru hanya berputar-putar pada pengetahuan siswa. “Namun yang lebih penting dari pengetahuan itu adalah proses berpikir," katanya. 

Hal senada ditegaskan Arif Hidayatullah. Menurutnya, visi misi madrasah setiap tahun harus dievaluasi pencapaian tujuan yang sudah ditetapkan. Agar ada ukuran jelas soal target yang sudah tercapai atau belum. "Kalau targetnya hanya biasa-biasa saja, eman karena nama Aliyah Seblak sudah punya sejarah panjang dan berprestasinya sudah baik," bebernya.

Syamsul Huda menambahkan bahwa sudah saatnya guru tidak menyerahkan urusan administrasi semuanya kepada operator madrasah. Namun juga mengerjakannya secara mandiri. "Karena hal itu terkait dengan jenjang karir dan nasib guru yang bersangkutan, ujarnya. 

Tugas guru, lanjutnya, tidak sekadar mengajar saja. Namun juga mendidik siswa. "Namun pada masa pembelajaran secara daring seperti sekarang, justru lebih berorientasi kepada mengajar saja, sedangkan mendidik masih kurang disentuh, katanya. 

Kepala madrasah Aliyah Seblak Masfuchah menuturkan bahwa kegiatan workshop ini digelar agar guru mampu menyusun buku kerja guru sebagai tugas seorang guru sebagai pendidik. Salah satunya perangkat pembelajaran berupa RPP. “Workshop ini sebagai puncak dari penyusunan kurikulum dari madrasah ini, sehingga didatangkan para narasumber yang sudah ahli untuk berbagi ilmu kepada kita," pungkasnya. 

Selama workshop berlangsung, para peserta mengikuti dengan seksama. Tampak mereka antusias mengikuti pemaparan materi dan tugas dari para narasumber. Acara ditutup dengan pemberian hadiah buku dari Marjuki kepada kepala MA Seblak. 

Kontributor: Mukani
Editor: Ahmad