Daerah

Kuliah sembari Bertani, Kenapa Tidak?

Jumat, 8 November 2019 | 10:12 WIB

Kuliah sembari Bertani, Kenapa Tidak?

Abdussalam (23), Mahasiswa Universitas Hasyim Asy'ari, Fakultas Tekhnik Informatika. (Foto: istimewa)

NU Jombang Online, 
Perubahan zaman yang semakin berkembang menuntut manusia bisa berkreasi guna menemukan jati diri yang sesungguhnya. Seperti yang dilakukan oleh Abdussalam (23), Mahasiswa Universitas Hasyim Asy'ari, Fakultas Tekhnik Informatika yang memilih menjadi seorang petani dan mengembangkan lahan.
 
Mahasiswa yang berasal dari Dusun Ngrembang, Desa Rejoagung Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang ini mengaku sudah terjun ke dunia pertanian sejak di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA), dikarenakan 80% masyarakat di daerahnya mayoritas  petani.

"Sudah terjun ke dunia pertanian ini sejak SMA, hal yang menyebabkan karena memang rata-rata masyarakat di daerah saya itu kebanyakan seorang petani," kata dia kepada NU Jombang Online ini, Jumat (8/11).
 
Meski memilih terjun ke dunia pertanian, namun ia tak meninggalkan kuliahnya. Bagi dia dua-duanya sama pentignya. Yang menjadi kekeh menyeriusi dunia pertanian lantaran di desanya ada banyak tanah yang tidak rata.
 
"Tanah di desa saya tidak rata, itulah salah satu alasan saya kenapa tetap bertani," ujarnya.
 
Dari keterangan yang diberikan, Abdussalam mengelola lahan pertaniannya secara mandiri, meskipun kedua orang tuanya juga berprofesi sebagai petani. "Saya mengelola lahan tani sendiri, kalau hitungan persennya, saya urus 10% lahan saya dan 90% orang tua," ucapnya jelas.
 
Adapun lahan pertanian yang dikelolanya banyak ditanami sayur-sayuran, kacang panjang dan brokoli. Merawat beberapa jenis sayur-saayuran itu diakuinya tidak terlalu rumit.
 
"Kalau di lahan saya, ada sayuran kacang panjang dan brokoli segi perawatan keseluruhan tidak terlalu rumit, antara tanaman satu dengan yang lain tingkat kesulitannya beda, tergantung musim," ucapnya.
 
Meski demikian, ia mengaku dunia pertanian di daerahnya tidak begitu mendapat perhatian dari pemerintah. Penyuluhan dan bantuan-bantuan yang mendukung terhadap berkembangnya pertanian belum terlihat. Hal ini juga menurutnya menghambat akan pertumbuhan pertanian.
 
"Permasalahan di daerah kurangnya perhatian pemerintah, terutama Dinas Pertanian, penyuluhannya kurang maksimal, dari alat-alat dari pemerintah sudah masuk, dan pemanfaatan kurang optimal, karena kurangnya penyuluhan," tandasnya.
 
Saat disinggung kemungkinan dunia pertanian yang digelutinya tidak maksimal, lantaran harus menggunakan sebagian waktunya untuk kuliah. Ia mengaku sampai saat ini masih aman-aman saja. Semuanya masih berjalan normal.
 
"Pembagian aktivitas petani mengikuti aktivitas kampus, kalau siang (kuliah), biasanya malam, karena efektif malam dalam pengendalian hama, karena kalau malam prosesnya hama seperti kutu-kutuan berkembang biak malam, makanya dengan dilakukan penyemprotan malam hati lebih efektif meskipun dengan obat yang dosisnya rendah," tuturnya. (Rifqi Nurul Hidayat/Syamsul Arifin) 

ADVERTISEMENT BY ANYMIND


Terkait