• logo nu online
Home Warta Ekonomi Daerah Bahtsul Masail Pendidikan Neraca BMTNU Nasional Fiqih Parlemen Khutbah Pemerintahan Keislaman Amaliyah NU Humor Opini BMT NU Video Nyantri Mitra Lainnya Tokoh
Kamis, 18 April 2024

Daerah

Kisah Sahabat Mencintai Nabi Muhammad dengan Segala Keterbatasan

Kisah Sahabat Mencintai Nabi Muhammad dengan Segala Keterbatasan
Ilustrasi Maulid nabi Muhammad SAW (detiknews)
Ilustrasi Maulid nabi Muhammad SAW (detiknews)

NU Jombang Online, 
Cinta kepada sesuatu apapun, mesti ada bukti. Demikian pula kecintaan kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Ia juga memiliki tanda-tanda. Di antara bukti kejujuran cinta tersebut tersebut adalah berpegang teguh dengan sunnahnya, memuliakan para pengikut sunnahnya (penghulunya adalah sahabat-sahabat beliau), serta memperbanyak shalawat untuknya.

Mudhofar, pengajar kitab Bulughul Marom di asrama Hasbullah Madrasah Aliyah Program Keagamaan (MAPK) MAN 4 Jombang menceritakan sebuah kisah tentang seseorang yang ingin sekali melakukan perayaan hari kelahiran Rasulullah karena kecintaannya pada sang Nabi. Namun, karena hidup miskin. Dia tidak memiliki cukup uang untuk melakukan perayaan tersebut. Akhirnya, pria itu rela untuk menggadaikan anaknya demi mendapatkan uang banyak. Uang itu akan dipergunakan untuk merayakan kelahiran sang Nabi.
 
“Dulu ada orang yang cinta sekali dengan Nabi Muhammad SAW. Karena itu ia selalu merayakan maulid. Hingga suatu saat ia tidak punya apa-apa dan akhirnya memilih untuk menggadaikan anaknya agar bisa melaksanakan perayaan maulid,” ujarnya.
 
Pria alumni Pondok Pesantren Langitan Tuban itu pun melanjutkan ceritanya. Setelah menggadaikan anaknya, pria tersebut mengundang orang-orang kampung untuk datang dalam perayaan maulid yang diadakannya. Sayangnya, tak seorang pun datang karena mereka semua tahu bahwa semua hidangan yang disediakan untuk perayaan maulid itu diperoleh dari menggadaikan anaknya sendiri.
 
“Lelaki itu kecewa, sudah lama menunggu, tidak ada satupun yang datang. Ia memutuskan untuk mengundang orang-orang yang berada di luar kampung. Di tengah perjalanan dia bertemu dengan para musafir yang berbusana serba putih. Kelompok musafir itu datang pada perayaan maulid buatannya. Dia tidak menyadari bahwa mereka yang berbusana putih itu adalah Nabi Muhammad SAW beserta para Malaikat,” paparnya.
 
Mudhofar menambahkan, bahwa setelah perayaan selesai para musafir itu tak berkenan makan dan minum, melainkan memberi pesan kalau tuan rumah harus menyimpan makanan dan minuman itu dalam kamar dan tak membukanya hingga kelompok musafir itu pergi.
 
“Begitu kelompok musafir itu keluar, sang istri tak tahan untuk membuka semua jamuan yang sudah berada di dalam kamar itu. Ia terkejut karena bukan makanan dan minuman yang berada di sana melainkan harta yang melimpah ruah. Terkejut dengan hal itu, sang istri segera memberitahu suaminya dan mereka pun pergi mengejar kelompok musafir yang sudah keluar rumah. Betapa terkejutnya mereka ketika tahu bahwa kelompok musafir itu merupakan baginda Rasulullah dan para Malaikat,” jelasnya.
 
Suami dan istrinya itu, kata dia, sangat mencintai Rasulullah sehingga tidak mau melewatkan perayaan maulid. Sampai akhirnya, mereka memutuskan untuk menggadaikan anaknya demi melakukan perayaan Maulid. 
 
“Kita selalu tahu betapa Rasulullah mencintai umatnya. Memohonkan ampun untuk umatnya. Namun, bagaimana dengan kita? Apakah kita seperti suami istri tersebut yang rela menggadaikan anaknya demi melakukan perayaan lahirnya Nabi Muhammad SAW? Apa jadinya kita tanpa Rasulullah? Maka sudah sepatutnya kita mencintai beliau,” pungkasnya.
 
Kontributor: M. Ainul Irfan M.
Editor: Fitriana


Editor:

Daerah Terbaru