Home Warta Ekonomi Daerah Bahtsul Masail Pendidikan Neraca BMTNU Nasional Fiqih Parlemen Khutbah Pemerintahan Keislaman Amaliyah NU Humor Opini BMT NU Video Nyantri Mitra Lainnya Tokoh

Daerah

Perjuangan Kiai Kampung Menghidupkan NU di Tugusumberjo

Lambang NU (Foto : NU Online)

NU Online Jombang,
Penyebaran dan perkembangan Nahdlatul Ulama (NU) di desa Tugusumberjo, kecamatan Peterongan, kabupaten Jombang tidak lepas dari peran tokoh kiai kampung.

Muallim, ketua ranting NU Tugusumberjo, mengatakan, periodesasi kepemimpinan NU di desa Tugusumberjo terus berkembang karena berbagai kegiatan rutin yang terus menerus diselenggarakan.

"NU dan faham Ahlusunnah Wal Jamaah (Aswaja) di Tugusumberjo dapat terus berkembang salah satunya adalah karena berbagai kegiatan rutin itu tetap diselenggarakan," jelasnya.

Peranan struktur terkecil Nahdlatul Ulama (NU) tidak dapat dipungkiri memberikan manfaat dari sisi ibadah, muamalah bahkan sampai perekonomian.

"Desa Tugusumberjo memiliki potensi lokasi yang strategis karena berada di titik tengah kecamatan Peterongan. Karena kantor kecamatan juga berada di desa Tugusumberjo, berbagai kegiatan NU di peterongan juga sering dilaksanakan di desa ini. Hal tersebut tentu saja mempermudah penyebaran NU disini," tutur Muallim.

Ia berharap, kegiatan rutinan NU yang sudah menjadi pondasi sejak awal berdirinya NU di desa Tugusumberjo dapat terus dilakukan.

"Semoga seluruh Badan Otonom (Banom) Nahdlatul Ulama desa Tugusumberjo selalu menjaga komunikasinya sehingga dapat terjalin kerjasama yang lebih baik lagi. Semoga juga seluruh Nahdliyin lebih semangat serta antusias dalam menghidupkan NU Tugusumberjo melalui kegiatan-kegiatan yang ada," harapnya.

Sementara itu, kiai kampung sekaligus Masyayikh NU desa Tugusumberjo, saat diwawancarai NU Online Jombang di kediamannya menyampaikan, ketua ranting NU generasi pertama yang menyebarkan dan mengembangkan NU adalah Mariun, lalu dilanjutkan oleh H Sujamil, kemudian Nurul Ulum dan akhirnya dilanjutkan oleh Muallim mulai dari tahun 2018 hingga sekarang.

"Pertama kali NU masuk dan mulai berkembang di Tugusumberjo itu sekitar tahun 1955. Saat itu, yang menjadi ketua ranting adalah pak Mariun," KH Surani Arif.

Dalam perkembangan dan penyebarannya, lanjut dia, saat itu NU langsung dapat diterima dengan baik di masyarakat Tugusumberjo. Sebab, Aswaja cukup ramah, fleksibel dan mudah dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat.

"Saat itu, di desa Tugusumberjo belum ada aliran-aliran islam lain. Yang ada hanya ada islam kejawen yang diajarkan nenek moyang terdahulu. Jadi, sebelum ada Aswajanya NU, di Tugusumberjo hanya ada islam kejawen," urai KH Surani Arif.

"Melihat perjuangan yang tidak mudah semasa dahulu, semoga saat ini generasi muda dapat menanamkan Aswajanya NU dengan baik dan benar di masing-masing individu. Aswaja ini adalah benteng yang kuat dalam menghadapi arus globalisasi media yang begitu pesat baik dalam sisi kegamaan maupun pengetahuan," pungkasnya.

Kontributor : Ahmad Faris Ihsan Syafri
Editor : Fitriana

Editor: Nur Fitriana