• logo nu online
Home Warta Ekonomi Daerah Bahtsul Masail Pendidikan Neraca BMTNU Nasional Fiqih Parlemen Khutbah Pemerintahan Keislaman Amaliyah NU Humor Opini BMT NU Video Nyantri Mitra Lainnya Tokoh
Jumat, 26 April 2024

Daerah

Wartawan Harus Punya Rencana Liputan

Wartawan Harus Punya Rencana Liputan
Pemateri Hari ketiga Madrasah Jurnalistik, Muhammad Syafi'i sedang menyampaikan teknik reportase di depan peserta (Foto: NU Jombang Online)
Pemateri Hari ketiga Madrasah Jurnalistik, Muhammad Syafi'i sedang menyampaikan teknik reportase di depan peserta (Foto: NU Jombang Online)

NU Jombang Online,
Pembuat berita dituntut harus cepat dan akurat dalam menyampaikan informasi. Karena itu, wartawan butuh rencana liputan yang matang demi menyajikan berita yang berkualitas dan terpercaya. Hal itu disampaikan Muhammad Syafi’i, wartawan Kompas dot com dalam Madrasah Jurnalistik yang diadakan LTNNU dan ISNU Sabtu (26/9).

Di era digital seperti saat ini, masyarakat banyak disuguhi berbagai macam informasi yang muncul di media sosial. Hampir tidak ada sekat dan filter atas semua informasi yang bermunculan. Hal ini membuat masyarakat sedikit kesulitan membedakan informasi yang sifatnya opini dengan informasi yang memuat fakta.

“Bukan hanya harus cepat dalam menyajikan berita, aspek penggalian data yang valid dan terpercaya juga harus ditekankan melalui teknik reportase yang benar. Karena itu wartawan harus punya rencana liputan yang matang,” ujar pria yang akrab disapa Syafi’i ini.

Syafi'i yang saat itu menyampaikan materi tentang teknik reportase dan teknik menulis berita menambahkan, komponen dalam reportase setidaknya menyangkut 3 hal utama yakni Wawancara, observasi dan riset dokumen.

“Setiap kegiatan peliputan yang dilakukan harus dipusatkan pada unsur 5W+1H yakni, what, when, why, where, who dan How . Unsur tersebut merupakan kunci dasar dari setiap kegiatan liputan yang dilakukan oleh seorang jurnalis,” tambahnya.

Minimal, kata dia, wartawan harus menyiapkan 6 enam pertanyaan mendasar. Selebihnya pertanyaan itu bisa lebih dikembangkan kembali menjadi 36 pertanyaan dan seterusnya tergantung dengan pola wartawan tersebut dalam menggali data. Bisa jadi, lanjut dia, satu wartawan dengan wartawan yang lain memiliki daftar pertanyaan yang berbeda karena menemukan fakta yang berbeda pula saat di lapangan.

“Yang paling penting jangan pernah mengajukan pertanyaan yang sama secara berulang, jangan juga menyanggah apa yang dikatakan oleh nara sumber. Sekalipun kita tahu bahwa apa yang disampaikannya salah tapi jangan pernah menggurui nara sumber. Mengulang pernyataan nara sumber hanya dibolehkan untuk mempertegas saja. Ini merupakan kode etik,” jelasnya.

Kontributor : Syahal

Editor : Fitriana


Editor:

Daerah Terbaru