• logo nu online
Home Warta Ekonomi Daerah Bahtsul Masail Pendidikan Neraca BMTNU Nasional Fiqih Parlemen Khutbah Pemerintahan Keislaman Amaliyah NU Humor Opini BMT NU Video Nyantri Mitra Lainnya Tokoh
Jumat, 19 April 2024

Amaliyah NU

Telinga Bayi yang Baru Lahir ‘Dipisui’

Telinga Bayi yang Baru Lahir ‘Dipisui’

Di suatu masjid kampung di Jombang, dilakukan pengajian rutin. hadir dalam pengajian tersebut jamaah NU dan ibu-ibu Muslimat. Tidak seperti biasanya, Ditengah-tengah jamaah, ada anak muda, namanya Abu jahlun. Ini nama setelah dia lama meninggalkan desa pergi ke Surabaya. Dulu namanya Sukari. Sejak sebelum pengajian di mulai, dia terlihat seru berdebat dengan salah satu anggota takmir Masjid, kang Sarip.

Lamat-lamat terdengar perdebatan keduanya seputar melantunkan adzan di telinga bayi yang baru lahir. Perdebatan tersebut dimulai dari Abu Jahlun, yang dengan jumawahnya memancing, dengan mengatakan, “Kang kebiasaan orang sini yang melantunkan adzan di telinga bayi itu tidak ada tuntunannya dalm Quran dan Hadist”.

Kang Sarip rupanya terpancing dengan perkataan Abu Jahlun dan dengan spontan berkata, “itu sudah menjadi tradisi masyarakat Islam di sini, dan sudah diwariskan dari para kiyai”.

“Iya saya tahu”, sahut Abu Jahlun, sok tahu.
“Lalu kenapa kamu mengatakan tidak ada tuntunannya”, jawab Kang Sarip.
“Saya tahu itu dari para kiyai, tetapi dalam al Quran dan al Hadist, tidak ada tuntunan seorang bayi lahir diadzani. Itu bid’ah kang”, terang Abu Jahlun.

Kang Sarip yang tidak terlalu paham dengan dasar amaliah adzan di telinga bayi, begitu kaget mendengar ucapan Abu Jahlun, dan spontan berkata, “loh… berarti bisa masuk neraka bagi orang yang melakukan?”.

“Iya tentu…”, timpal Abu Jahlun dengan pongahnya, sambil menggut-manggut.
“Karena bagi siapapun yang melakukan bid’ah maka dia akan masuk neraka”, tambahnya.

Kang Sarip termakan pikirannya, dan setelah itu dia sangat resah. Karena dalam pikirannya, semua warga kampung akan masuk neraka semua, “ini harus di selamatkan”, gumamnya.

Tepat setelah kiyai yang mengisi pengajian menutup dengan doa, dengan sigap dan penuh semangat, Kang Sarip maju ke depan, dan berdiri di samping kiyai sambil memegang mikropon yang semula di pegang kiyai. Dengan tangkas dia meminta perhatian kepada seluruh anggota jamaah pengajian.

“Kepada bapak-bapak dan ibu-ibu, sebelumnya saya mohon maaf. Saya di sini akan mengumumkan kepada bapak dan ibu semua. Barusan saya dibilangi sama Abu Jahlun bahwa adzan dikuping bayi yang baru lahir itu bid’ah!”, dengan dengan tegas.

“Padahal siapapun yang melakukan bid’ah maka tempatnya di neraka”, tambahnya.
“Karena itu, bagi bapak-bapak yang melihat bayi yang baru lahir tidak perlu diadzani di telinganya, karena akan masuk neraka. Agar kita masuk surga maka telinga bayi yang baru lahir dipisui (diumpati) saja”, katanya, yang disambut tawa gemuruh seluruh jamaah yang hadir.

Abu Jahlun yang duduk di deretan depan, mukanya terlihat merah padam. (ma)

(Dibuat berdasar cerita Gus Kholiq Hasan)


Editor:

Amaliyah NU Terbaru