• logo nu online
Home Warta Ekonomi Daerah Bahtsul Masail Pendidikan Neraca BMTNU Nasional Fiqih Parlemen Khutbah Pemerintahan Keislaman Amaliyah NU Humor Opini BMT NU Video Nyantri Mitra Lainnya Tokoh
Jumat, 29 Maret 2024

Hikmah

Suami Bantu Perkerjaan Rumah Kriteria Takut Istri?

Suami Bantu Perkerjaan Rumah Kriteria Takut Istri?
Ilustrasi pasangan suami-istri. (Foto: kompas.com)
Ilustrasi pasangan suami-istri. (Foto: kompas.com)

NU Jombang Online, 
Menjalani kehidupan rumah tangga tidaklah mudah. Sebab di dalamnya terdapat banyak tanggung jawab yang menuntut suami-istri untuk saling mengerti akan kondisi dan situasi pasangannya.

Dengan beragam tanggung jawab itu juga, tak jarang suami memiliki peran ganda. Di samping sebagai kepala keluarga yang berkewajiban mencari nafkah, juga ikut membantu pekerjaan atau tugas di rumah yang mayoritas biasanya dikerjakan seorang istri.

"Banyak suami yang merasa sudah mencari nafkah, sehingga urusan kerjaan rumah dibebankan semuanya pada istri. Padahal jika kita mau menyadari, bahwa Islam sangat mengajarkan pada kaum suami untuk berbuat baik pada istri, sebagaimana firman Allah wa 'asyiruhunna bil ma'ruf (dan pergaulilah mereka (istri-istri kalian) dengan cara yang makruf," kata Moh Makmun mengutip surat An Nisaa’ ayat 19.

Seorang dai muda ini menjelaskan, hukum suami membantu pekerjaan rumah tangga adalah sangat dianjurkan dalam islam karena perbuatan ini merupakan salah satu wujud akhlak dalam Islam. Bahkan yang mulia dan dicontohkan sendiri oleh Nabi Muhammad SAW.

Rasulullah memberikan kriteria suami terbaik adalah suami yang berbuat baik pada keluarganya, خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِى (sebaik-baik kalian adalah yang paling baik pada keluarganya. Aku sendiri adalah orang yang paling baik pada keluargaku) (HR. Tirmidzi). 

"Begitu pula dengan keseharian beliau, meski beliau sebagai seorang Nabi dan Rasulullah, namun tidak membuat beliau enggan melakukan kerjaan rumah tangga," jelasnya.

Itulah cara Rasulullah memuliakan, menyayangi, dan memanjakan istri. Hal itu merupakan wujud nyata akhlak mulia yang tawadhu atau rendah hati.

Dalam hadist lain diceritakan dari Aswad yang bertanya kepada Siti Aisyah terkait kebiasaan Nabi Muhammad saat tengah bersama keluarganya.

عَنِ الأَسْوَدِ قَالَ سَأَلْتُ عَائِشَةَ مَا كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – يَصْنَعُ فِى أَهْلِهِ قَالَتْ كَانَ فِى مِهْنَةِ أَهْلِهِ ، فَإِذَا حَضَرَتِ الصَّلاَةُ قَامَ إِلَى الصَّلاَةِ

Dari Al-Aswad, ia bertanya pada Aisyah, “Apa yang Nabi SAW lakukan ketika berada di tengah keluarganya? Aisyah menjawab, “Beliau biasa membantu pekerjaan keluarga di rumah. Jika telah tiba waktu shalat, beliau berdiri dan segera menuju shalat.” (HR. Bukhari)

"Beliau Rasulullah di tengah kesibukan di luar rumah yang sangat padat, namun saat di rumah tetap membantu istri terkait apa yang bisa dibantu untuk dikerjakan," ujar Makmun.

Pria yang juga ketua Pengurus Cabang (PC) Lembaga Takmir Masjid Nahdlatul Ulama (LTMNU) Kabupaten Jombang ini menegaskan, suami yang membantu istrinya melakukan perkerjaan rumah tangga adalah akhlak mulia. Sama halnya dengan meneladani sifat Rasulullah SAW.

"Sekali lagi, suami yang membantu urusan rumah tangganya bukanlah suami takut istri, melainkan suami yang itba’ sunnah Rasulullah SAW, " pungkasnya.

Kontributor: Syaiful Chabib
Editor: Ahmad 


Editor:

Hikmah Terbaru