• logo nu online
Home Warta Ekonomi Daerah Bahtsul Masail Pendidikan Neraca BMTNU Nasional Fiqih Parlemen Khutbah Pemerintahan Keislaman Amaliyah NU Humor Opini BMT NU Video Nyantri Mitra Lainnya Tokoh
Jumat, 29 Maret 2024

Amaliyah NU

Shalat tanpa Mengenakan Peci

Shalat tanpa Mengenakan Peci

NU Jombang Online,
Di zaman akhir ini, manusia memiliki model rambut yang bermacam-macam dan terkadang terkesan aneh. Ada yang panjang kebelakang, kesamping, diwarnai, dikeritingi bahkan hanya dipanjangkan bagian depannya saja juga ada.

Berbagai model rambut ini menimbulkan perdebatan di kalangan kaum muslimin terutama saat melakukan sujud dalam ibadah solat. Hal ini dikarenakan salah satu syaratnya sujud yaitu kening tidak boleh terhalang oleh apapun, termasuk rambut kepala.

Menurut Wakil Rais Syuriah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Jombang, KH M Soleh ada tujuh anggota tubuh yang harus menempel di bumi kala sujud. Yakni bathuk (kening), dua telapak tangan, dua dengkul (lutut) dan dua ujung kaki.

“Untuk bathuk, kulitnya tak boleh ada yang menghalangi. Kalau rambutnya panjang, harus diupayakan agar saat sujud tidak menutupi bathuk. Kalau pakai kopiah, juga harus ditata agar kala sujud tidak justru menutupi bathuk,” katanya saat mengisi pengajian lailatul ijtima Ranting NU Candimulyo di Musala Albarokah, Candi, Jombang, Jawa Timur, Jumat (6/7).

Kiai Soleh lalu menyebutkan dalam kitab At-Targib Wattarhib dituliskan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, jika dari tujuh anggota tubuh tersebut ada yang tidak menyentuh bumi saat sujud, maka kelak akan dibakar Allah di neraka.

Hal ini juga berlaku jika anggota wudlu ada yang tak terkena air. Maka nanti akan menjadi celah masuknya api neraka. Makanya kita dianjurkan nyela-nyelani jari kaki.

“Tujuan memakai kopiah dan penutup kepala itu salah satunya untuk menjaga rambut kepala tidak menutupi kening,” ujarnya.

Oleh karenanya, penutup kepala dari berbagai negara dan bangsa berbeda-beda. Khusus Indonesia umumnya memakai model kopiah atau peci. Sedangkan di Timur Tengah umumnya memakai serban atau imamah.

Hal ini juga berlaku pada Rasulallah SAW seperti terekam dalam hadis Bukhari 205 dan Muslim 1359.
‎أنه كان يُصلِّي في العِمامة
“Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam biasanya shalat dengan memakai imamah”

Namun anjuran memakai penutup kepala ketika shalat ini tidak bersifat kaku namun melihat ‘urf (kebiasaan) masyarakat setempat. Apabila masyarakat setempat umumnya menggunakan penutup kepala, maka lebih afdhal menggunakan penutup kepala. Namun apabila masyarakat setempat tidak terbiasa memakai penutup kepala, maka diserahkan ke individu masing-masing.

“Jika tidak memakai kopiah maka usahakan tangan nanti mengusap kening saat sujud,” tandas Kiai Soleh.

Memakai penutup kepala pada asalnya memang kebiasaan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, para sahabat, para ulama dan orang-orang shalih, baik di luar atau di dalam shalat. Ini diketahui dari hadis nabi yang berbunyi,

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَوَضَّأَ ، فَمَسَحَ بِنَاصِيَتِهِ ، وَعَلَى الْعِمَامَةِ ، وَعَلَى الْخُفَّيْنِ

“Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam berwudhu, beliau mengusap ubun-ubunnya, mengusap imamahnya, dan mengusap khufnya” (HR. Bukhari 182, Muslim 274). (Syarif Abdurrahman/Syamsul Arifin) 


Editor:

Amaliyah NU Terbaru