• logo nu online
Home Warta Ekonomi Daerah Bahtsul Masail Pendidikan Neraca BMTNU Nasional Fiqih Parlemen Khutbah Pemerintahan Keislaman Amaliyah NU Humor Opini BMT NU Video Nyantri Mitra Lainnya Tokoh
Kamis, 28 Maret 2024

Opini

Penguatan Branding Gerakan Jombang Bersedekah

Penguatan Branding Gerakan Jombang Bersedekah

Oleh Nine Adien Maulana, M.Pd.I*

Gerakan Jombang Bersedekah telah dideklarasikan oleh NU Care LAZISNU Jombang bersama LP Ma’arif NU Jombang pada Jumat, 24 Februari 2017. Setelah hampir sembilan bulan, kini banyak sekolah dan madrasah yang berada dalam koordinasi LP Ma’arif NU Jombang telah menjadi Jaringan Pengumpul Zakat Infak dan Sedekah (JPZIS). Banyak desa telah mendirikan Unit Pengumpul Zakat Infak dan Sedekah (UPZIS). Ribuan kaleng-kaleng koin sedekah telah menyebar pelosok-pelosok desa. Berbagai kegiatan penyaluran dana sedekah juga telah dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan masing-masing JPZIS dan UPZIS.

Apa yang dilakukan NU Care LAZISNU Jombang telah memantik perhatian masyarakat baik di dalam maupun di kabupaten Jombang. Keberhasilan lembaga ini menjadikan Pacarpeluk sebagai desa percontohan dalam pengelolaan UPZIS melalui kaleng koin sedekah semakin menguatkan persepsi publik bahwa Nahdlatul Ulama secara organisasi mampu memberdayakan jamaahnya.

Gerakan Jombang Bersedekah telah diterjemahkan dalam konteks lokal di Pacarpeluk menjadi Gerakan Pacarpeluk Bersedekah. Lebih dari 550 warga desa ini telah ambil bagian dalam gerakan ini. Mereka menjadi munfiq (donatur) kaleng koin sedekah dan berkomitmen menyisihkan minimal Rp. 500 (lima ratus rupiah) untuk dimasukkan dalam kaleng tersebut sebagai dana sedekah. Dana sedekah yang terkumpul itu kemudian dikelola dan disalurkan kembali kepada masyarakat, sehingga warga bisa merasakan langsung manfaat gerakan ini.

Ketika UPZIS Pacarpeluk telah mampu bergerak dan menggerakkan masyarakat secara dinamis, kini gerakan desa bersedekah ini memicu desa-desa lain melakukan gerakan yang sama. Meskipun perkembangan dan dinamika serta pencitraannnya di tiap desa berbeda-beda, namun gerakan desa sedekah ini telah membangkitkan semangat khidmat kepada masyarakat melalui jam’iyyah Nahdlatul Ulama, sehingga terbentuklah hubungan saling menghidupi antara jamaah dan jamiyyah.

Apa yang telah dicapai oleh NU Care LAZISNU Jombang melalui branding Gerakan Jombang Bersedekah tidak boleh berhenti sampai di sini. Gerakan ini harus dikuatkan kembali baik dari aspek branding maupun operasional manajerial. Penguatan ini sangat dibutuhkan agar gerakan yang sudah merambah desa-desa di kabupaten Jombang ini semakin massif dan kreatif dalam pengelolaannya. Selain itu, upaya ini juga akan membangkitkan semangat para pengurus dan relawan yang ada di lapangan untuk terus bergerak dan menggerakkan masyarakat dalam khidmat.

Upaya penguatan kembali Gerakan Jombang Bersedekah bisa dilakukan secara seremonial melalui kegiatan massal yang melibatkan seluruh JPZIS dan UPZIS yang telah ada. Sebenarnya, momentum peringatan Hari Santri Nasional tahun 2017 yang telah diselenggarakan oleh Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Jombang beberapa pekan yang lalu sebenarnya sangat potensial digunakan untuk menguatkan kembali citra dan branding Gerakan Jombang Bersedekah.

Sayangnya hal itu luput dari perhatian PCNU Jombang, padahal kegiatan itu diikuti puluhan ribu warga.
Gaung Gerakan Jombang Bersedekah tidak boleh redup. Para pengurus NU Care LAZISNU Jombang tidak boleh merasa cukup puas dengan pengelolaan Zakat, Infaq dan Sedekah yang diamanahkan kepada lembaga ini. NU Care LAZISNU Jombang telah memiliki kaki-kaki dan jaringan kordinasi hingga ke sekolah-sekolah dan desa-desa, oleh karena itu semuanya perlu digerakkan, diorganisasi dan disinergikan secara kolektif. Gerakan Jombang Bersedekah harus menjadi branding pemersatu yang terus digaungkan agar syiarnya semakin luas diketahui masyarakat.

Media sosial dan media online bisa dimanfaatkan untuk menguatkan branding gerakan itu. Selain karena murah, media itu bisa dengan cepat dan mudah diakses oleh siapa saja. Media iklan konvesional yang berupa baliho, spanduk dan reklame tataplah penting digunakan, meskipun pembiayaannya relatif lebih mahal daripada media promosi online.

Penyematan kata Jombang dalam branding Gerakan Jombang Bersedekah harud disadari berpotensi dimanfaatkan oleh pemangku wilayah ini, jika PCNU Jombang, khususnya NU Care LAZISNU, tidak menguatkan kembali branding ini. Hal ini bisa saja terjadi, apalagi sebentar lagi Jombang memasuki tahun politik 2018, sedangkan apa yang telah dilakukan NU Care LAZISNU Jombang telah mampu memikat simpati masyarakat. Tentunya hal ini bisa dimanfaatkan demi tujuan politik tertentu.

Meskipun banyak kegiatan yang program populis telah dilakukan oleh NU Care LAZISNU Jombang, namun harus diakui dan disadari bahwa selama ini branding Gerakan Jombang Bersedekah belum terdengar gaungnya oleh masyarakat luas di luar jamaah NU. Idealnya penyematan kata Jombang harus diikuti dengan upaya publikasi, seremonial dan gerakan yang massif. Setidak-tidaknya tanda pagar Gerakan Jombang Bersedekah harus menjadi tranding topic di kalangan warganet Jombang. Dengan demikian, masyarakat Jombang yang tidak hanya jamaah NU merasa menjadi bagian di dalam gerakan ini.

Jika branding ini tidak dikokohkan kembali, maka gerakan ini lebih tepat disebut sebagai Gerakan Nahdliyyin Jombang Bersedekah. Gerakan ini hanya menjadi gerakan eksklusif NU. Tentu hal ini sangat disayangkan, karena mendegradasi luasnya ruang lingkup yang seharusnya dapat dimainkan.
Nyatanya, Gerakan Jombang Bersedekah telah dipilih sebagai brandingnya. Tidak sepatutnya ia didegradasi hanya untuk jamaah NU saja. Ia harus dikokohkan kembali agar menjadi gerakan kolektif masyarakat Jombang yang diorganisasi oleh NU Care LAZISNU Jombang. Jika akhirnya pemangku wilayah ini tertarik dan bersimpati dengan gerakan ini melalui kebijakan politiknya atau organisasi birokrasinya, maka hal itu tidak sampai menenggelamkan peran dan kiprah para penggerak NU di wilayah ini. NU tetap berperan sebagai pemain utamanya, sedangkan pihak lain menjadi pendukungnya, sehingga masing-masing bias mendapatkan manfaatnya.

Jika para penggerak NU Jombang tidak menyadari pentingnya penguatan kembali branding ini, maka jangan marah jika akhirnya gerakan populis ini akhirnya diambil alih oleh pihak lain yang lebih mampu meyakinkan diri dalam pengelolaan Zakat, Infak dan Sedekah. Jika hal itu terjadi, maka lagi-lagi warga NU hanya menjadi penonton atas karya yang seharusnya bisa dimainkannya. Sungguh hal ini tentu sangat memalukan.

 

*Ketua PRNU Pacarpeluk dan Guru PAI SMAN 2 Jombang, Jawa Timur


Editor:

Opini Terbaru