• logo nu online
Home Warta Ekonomi Daerah Bahtsul Masail Pendidikan Neraca BMTNU Nasional Fiqih Parlemen Khutbah Pemerintahan Keislaman Amaliyah NU Humor Opini BMT NU Video Nyantri Mitra Lainnya Tokoh
Kamis, 25 April 2024

Hikmah

Para Nabi dan Syuhada Dibuat Cemburu Golongan Ini, Siapakah Mereka?

Para Nabi dan Syuhada Dibuat Cemburu Golongan Ini, Siapakah Mereka?
Ilustrasi orang berdoa. (Foto: Freepik)
Ilustrasi orang berdoa. (Foto: Freepik)

Oleh Ali Makhrus*

Seolah sudah menjadi ketentuan Tuhan Penguasa Alam, bahwa setiap kelompok umat atau bangsa terdapat orang-orang baik yang akan jadi percontohan dan pembimbing bagi mereka semua. Kisah-kisah orang tersebut tersebar ke berbagai belahan dunia. Islam, sebagai agama terkahir, mempercayai Nabi Muhammad SAW, sebagai penghulu para nabi dan untuk terkahir kalinya, sebagai nabi pamungkas.

 

Nabi Muhammad SAW, dalam menyampaikan risalah ilahiyah, tidak serta merta sendirian langsung, berhasil ! Tidak ! Mula-mula dia sendirian menyampaikan segala hal yang harus disampaikan kepada khalayak luas, ditolak, diusir serta dianiaya adalah sebuah dinamika para pejuang-pejuang sejati. Mereka itu yang dalam proses berjuang, belum sempat merasakan kemerdekaan atau kemenangan, ialah para syuhada’ atau mati syahid.

 

Indonesia bukanlah negara perang atau darurat militer-keamanan yang meniscayakan rakyat menyingsingkan lengan baju untuk bertempur di medan perang. Indonesia adalah Negeri Damai, Kesepakatan, dan  Negara Kesatuan. Bangsa Indonesia, dengan jumlah Muslim terbanyak, tentu berharap bisa berbuat seperti Nabi atau Mati seperti para syuhada’.

 

Hanya saja, waktu, tempat dan kondisi tidak mendukung, bahkan terlarang, karena dapat mengganggu stabilitas nasional. Lantas bagaimana cara mendapat kehormatan seperti orang-orang saleh dan mushlih itu?

 

Menurut Abu Nuaim Ahmad bin Abdullah al-Ashfahani (w.430 H) dalam kitabnya Hilayatu al-Auliyā Wa Thabaqāt Al-Ashfiyā (hal: 5-6), berkata bahwa “sungguh wali-wali Allah itu terdapat sifat-sifat yang tampak serta tanda-tanda yang dapat dikenali”.

 

Mereka itulah orang-orang yang tidak hanya membuat iri para suhada’, melainkan para Nabi. Siapakah mereka itu?

 

Abu Nuaim mengutip sebuah hadits: dari Umar ibn al-Khatthāb berkata:

 

إن من عباد الله لأناسا ماهم بأنبياء ولاشهداء يغبطهم الأنبياء والشهداء يوم القيامة بمكانتهم من الله عز وجل

 

Artinya, “Sungguh dari sebagian hamba-hambaku terdapat manusia, yang mana mereka bukanlah para Nabi dan tidak para syuhada’, namun membuat iri (cemburu) para Nabi dan para syuhada’, sebab mereka ditempatkan sebagaimana para Nabi dan Syuhada’ ditempatkan oleh Allah azza wa jalla”.

 

Mendengar itu, seseorang bertanya kepada Umar: “

 

من هم وما أعمالهم؟ لعلنا نحبهم

 

Artinya, “Siapakah Mereka, dan apa amal-amal yang mereka perbuat? Agar supaya kami juga ikut mencintainnya”.

 

قال: قوم يتحابون بروح الله عز وجل من غير أرحام بينهم ولا أموال يتعاطونها بينهم والله إن وجوههم لنور وإنهم لعلى منابر من نور لايخافون إذا حاف الناس ولايحزنون إذاحزن الناس

 

Artinya, “Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai karena Allah azza wa jalla tanpa ada hubungan saudara, dan tidak harta yang saling mereka berikan satu sama lain. Demi Allah, sunggu pada wajah mereka terdapat cahaya, pun mereka di atas berada dalam gudang-gudang dari cahaya. Mereka tidak takut sama sekali, di saaat manusia lain ketakutan, dan mereka tidak bersedih hati, di saat manusia lain bersedih”.

 

Lanjut Abu Nuaim, “sebagian dari tanda-tanda manusia istimewa tersebut ialah mereka yang saling mempengaruhi dalam kesempurnaan dzikir, dan saling memberikan faidah di antara mereka”. Kemudian Abu Nuaim menukil, Amr bin Jamuh berkata, Nabi SAW bersabda:

 

قال الله عز وجل إن إوليائ من عبادي وأحبائ من خلقي الذين يذكرون بذكري وأذكركم بذكرهم

 

Artinya, “Allah azza wa jalla berkata: Sunggu para wali-KU ialah hamba-hambaku, dan kekasih-KU ialah makhluk-KU, dan mereka ialah orang-orang yang berdzikir dengan menyebut-KU, AKU pun berdikir menyebut mereka”

 

عن سعيد رضي الله تعالى قال: سئل رسول الله صلى الله عليه وسلم من أولياء الله؟ قال الذين إذارؤا ذكرالله عز و جل

 

Artinya, "Dari Said ra berkata: Rasulullah pernah ditanya, “Siapakah wali-wali Allah itu?, Rasul SAW menjawab “mereka ialah orang-orang yang selalu ingat kepada Allah SWT." 

 

عن أسماء بنت يزيد. قالت, قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ألا أخبركم بخياركم؟ قالوا بلى, قال: الذين إذا رؤا ذكرالله عز وجل

 

Artinya, "Dari Asma bint Yazid berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Akan kalian berkenan aku beritahu tentang orang-orang terpilih? Mereka menjawab (sahaba): “Iya, wahai Rasulullah! Nabi bersabda: “mereka adalah orang-orang yang berdzikir kepada Allah SWT”.

 

Pemaparan Abu Nuaim, memberikan suatu konsepsi atau ide menjadi orang-orang yang terhormat. Orang terhormat ialah mereka terpilih di antara umat manusia. Mereka memiliki sesuatu yang ilahiyah nun identik, yakni dengan menjadikan “dzikir” kepada Allah SWT sumber segala polah tingkah mereka.

 

Semoga kita dapat mengikuti teladan-teladan mereka. Agar supaya menjadikan “dzikir” sebagai infus oksigen di tengah kehidupan yang terus dinamis, antara yang kotor dan yang bersih. Aminn.

 

*Penulis adalah warga NU asal Madiun, Jawa Timur. Mahasiswa magister program "Islamic Studies" di SPs UIN Jakarta


Hikmah Terbaru