• logo nu online
Home Warta Ekonomi Daerah Bahtsul Masail Pendidikan Neraca BMTNU Nasional Fiqih Parlemen Khutbah Pemerintahan Keislaman Amaliyah NU Humor Opini BMT NU Video Nyantri Mitra Lainnya Tokoh
Kamis, 25 April 2024

Opini

Nabi Daud dan Teladan Seekor Cacing

Nabi Daud dan Teladan Seekor Cacing

Oleh Ali Makhrus*
Pada Quran Surat Al — Baqoroh Ayat 26, Allah SWT berfirman: “sungguh Allah tidaklah malu membuat perumpamaan semisal Nyamuk bahkan yang lebih rendah sekalipun. Maka adapun orang — orang yang beriman (mendapat hidayah) maka mereka mengetahui bahwa sesungguhya ia (ciptaan) ialah sesuatu kebenaran (tujuan) dari dari Tuhan mereka. Dan adapun orang — orang yang telah kafir (tertutup hidayah), maka kemudian mereka berkata, “apa yang Allah kehendaki dengan perumpamaan ini ?”. Allah menyesatkan (bisa saja) pada banyak orang dengan perumpamaan itu, Allah member perunjuk (bisa saja) pada banyak orang dengan perumpamaan itu. Dan Allah tidak menyesatkan dengan sebuah penciptaan kecuali orang — orang yang fasiq”.

Sikap meremehkan terhadap sebuah ciptaan Allah yang ada di muka bumi ini, merupakan sebuah keteledoran yang tidak semestinya terjadi. Akan tetapi, sifat manusia yang berkecendrungan melebihkan diri sendiri seringkali menggelincirkan manusia itu sendiri, seperti Kisah Nabi Daud as dan Seekor Cacing. Dikisahkan, saat sedang membaca Taurat, Nabi Daud as melihat seekor Cacing di atas tanah. Ia bertanya dalam hati, “apa yang Allah kehendaki dengan Cacing ini ?”.

Kemudian, atas izin Allah SWT, Cacing itu pun dapat berbicara. Cacing itu lalu berkata, “wahai Nabi Allah, Allah mengilhamkan kepadaku agar pada siang hari aku mengucapkan Subhanallah, Walhamdulillah, Walaa Ilaaha Illallah, Wallahu Akbar (Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada Tuhan selain Allah, Allah Maha Besar) sebanyak seribu kali. Sementara setiap malam aku mengucapkan Allahumma Sholli Alaa Muhammadin Nabiyyil Ummi Wa Alaa Aalihi Wa Sohbihi Wa Sallam (Ya Allah, limpahkan sholawat dan salam kepada Muhammad Nabi yang ummi, keluarga dan para sahabatnya) sebanyak seribu kali. Lalu apa yang anda ucapkan agar aku dapat mengambil manfaat dari Anda?”

Sontak membuat Nabi Daud terheran — herang dengan yang diucapkan oleh seeokor Cacing tersebut. Hewan ciptaan Allah tersebut selain mampu berbicara atas kehendak Allah, juga tidak lepas untuk ingat Allah dengan pujian kepada Allah SWT dan bersholawat kepada utusannya, Muhammad SAW. Nabi Daud pun menyesal dengan sikapnya yang telah meremehkan seekor Cacing. Dan ia pun takut kepada Allah SWT, dan bergegas taubat serta berjanji tidak akan mengulanginya lagi.

Kisah tersebut hemat penulis, menekankan betapa pentingnya husnudzdzon terhadap segala macam dan bentuk ciptaan Allah. Sebab, husnudzdzon merupakan ibadah kepada Allah SWT. Sebagaimana diriwayatkan dari Abu Hurairoh, beliau berkata, “Rasulullah Shollaallahu alaihi wa Sallam bersabda, “Husnudzdzon Billah Mun Husni Ibadatillah, yang artinya “mempunyai anggapan baik kepada Allah (termasuk ciptaannya) termasuk ibadah yang baik kepada Allah” (HR. Tirmidzi, no 3533).

Wallahu alamu bis showab, Semoga bermanfat.

Dioalah dari berbagai sumber:
Al — Quran
Ibnu Daqieqiel Ied, Syarah Hadits Arbaiin Nawawi; Penjelasan 40 Hadits Inti Ajaran Islam, Cet-1, Depok: Fathan Prima Media, 2013, hal 216)
Ariany Syurfah, 365 Kisah Teladan Islam; Sehari Satu Kisah Selama Setahun, Cet-1, Jakarta: Penebar Swadaya, 2010, hal 231).

*Penulis adalah warga NU asal Madiun  Jawa Timur


Editor:

Opini Terbaru