• logo nu online
Home Warta Ekonomi Daerah Bahtsul Masail Pendidikan Neraca BMTNU Nasional Fiqih Parlemen Khutbah Pemerintahan Keislaman Amaliyah NU Humor Opini BMT NU Video Nyantri Mitra Lainnya Tokoh
Kamis, 25 April 2024

Daerah

Manusia Seringkali Idap Tiga Kotoran Hati Ini

Manusia Seringkali Idap Tiga Kotoran Hati Ini
NU Jombang Online, 
Rais Syuriah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, KH Husein Ilyas menyebut ada tiga kotoran hati yang seringkali dimiliki oleh kebanyakan orang. 
 
Kotoran hati yang dimaksud, pertama adalah sikap musyrik kepada Allah Swt. Selain itu musyrik juga tergolong dosa besar. Umat manusia harus berupaya semaksimal mungkin menjauhkan dari sikap tersebut.
 
"Kotorannya hati itu harus dibersihkan. Ada tiga kotorannya hati yang harus dibersihkan. Pertama musyrik," katanya di Jombang, Kamis (15/8).
 
Kotoran hati yang kedua yaitu sifat sombong. Sifat ini menurut dia tak jarang dimiliki oleh kebanyakan manusia. Sombong merupakan sifat iblis atau setan. Manusia yang mempunyai akal dan hati tak sewajarnya memiliki sifat ini. "Kedua sombong. Sombong itu warisannya iblis," ujar Kiai yang kerap disapa Husein ini.
 
Bahkan sombong menurut pandangannya memiliki bahaya yang mengancam keselamatan manusia saat di akhirat kelak. Mengutip sabda Nabi Muhammad Saw, ia menjelaskan setiap orang yang masih memiliki sifat sombong tak akan mencicipi nikmatnya Surga. 
 
"Bahayanya sombong, Kanjeng Nabi Muhammad Saw dawuh tidak mungkin masuk Surga orang yang dalam hatinya terdapat rasa sombong," ungkapnya.
 
Sombong pada hakikatnya adalah sifat atau sikap menolak kebenaran sekaligus meremehkan orang lain. Sifat ini menurut kacamata dia tentu tak etis dimiliki manusia. Pasalnya, sesama manusia akan senantiasa berinteraksi.
 
Selanjutnya, kotoran hati yang ketiga adalah sifat iri. Ini juga banyak ditemui di dalam kehidupan manusia. "Tiga perkara itu harus dibersihkan," ucap kiai yang juga penceramah ini.
 
Meski begitu, manusia yang hatinya sudah bersih lantaran selalu dibersihkan, sehingga tiga kotoran hati sebagaimana yang disebutkan di atas hilang, menurutnya masih belum cukup. Hati yang sudah bersih harus dihiasi dengan ilmu karena ilmu adalah cahaya. Kemudian juga harus dihiasi dengan sabar dan istiqamah melakukan kebaikan-kebaikan.
 
"Dawuhnya Mbah Moen kepada saya, Gus, hati ini kalau sudah bersih jangan berhenti di situ, namun harus ditingkatkan ke tahalli. Artinya hati yang sudah bersih itu tandurono perhiasan-perhiasan. Hati kalau tidak dihiasi tidak bisa berkembang," pungkasnya. (Syamsul Arifin) 


Editor:

Daerah Terbaru