• logo nu online
Home Warta Ekonomi Daerah Bahtsul Masail Pendidikan Neraca BMTNU Nasional Fiqih Parlemen Khutbah Pemerintahan Keislaman Amaliyah NU Humor Opini BMT NU Video Nyantri Mitra Lainnya Tokoh
Jumat, 19 April 2024

Daerah

Kisah Aqila, Balita Penderita Tumor Mata, Bangkit Bersama LAZISNU

Kisah Aqila, Balita Penderita Tumor Mata, Bangkit Bersama LAZISNU
Penyerahan donasi untuk Aqila. (Foto: LAZISNU Kesamben)
Penyerahan donasi untuk Aqila. (Foto: LAZISNU Kesamben)

NU Jombang Online, 
Anak merupakan sumber kebahagiaan orang tua. Perkembangannya selalu diharapkan tumbuh normal. Tingkah lucu buah hati adalah pelipur atau obat di kala orang tua tengah merasakan jenuh atau capek, lantaran tugas yang diemban cukup banyak yang harus dirampungkan. Meski waktu yang tersedia kadang tak cukup untuk menyelesaikan tugas-tugas tersebut, tetapi anaklah yang terus menjadi sumber kekuatan orang tua.

Demikian itu sempat dirasakan oleh Arifah Yuniati (37), ibu kandung dari Aqila Nadhifah Salsabila, balita yang kini berusia 2 tahun 9 bulan. Ia tinggal di Dusun Gudang, Desa Pojokrejo, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang.

Aqila adalah anak kedua dari pasangan suami istri yang masih tergolong muda. Ia anak yang terlihat cantik dan lucu. Banyak momen kebersamaan dilewati dengan demikian riang dan menghadirkan tawa bahagia. 

Namun, hal itu tak bertahan lama. Sejak usia 1,5 tahun, Aqila menderita penyakit yang cukup serius, yakni retinoblastoma, tumor mata yang kebanyakan menyerang anak-anak usia dini, sehingga mata kanannya harus dioperasi, dan kini satu mata tersebut tak lagi berfungsi. Bahkan terlihat lebam berwarna hitam harus ditutupi dengan perban.

"Dia menderita penyakit ini sejak usia 1,5 tahun, gejala awal di pupil matanya terlihat aneh, bening seperti mata kucing dan tidak berwarna hitam seperti umumnya. Akhirnya saya bawa ke spesialis mata di Kota Mojokerto. Setelah itu anak saya dirujuk ke RSUD dr. Soetomo Surabaya," ungkapnya.

Pilu dirasakan sang ibu. Dokter menvonis Aqila benar-benar mengidap tumor mata. Konsekuensinya, mata tersebut harus diangkat, Aqila pun harus mengikhlaskan bahwa satu matanya itu selamanya tidak bisa lagi melihat. 

"Awalnya saya sangat berat hati saat mendengar akan hal itu, jika mata anak saya diangkat maka dia cuma memiliki satu mata saja," ujarnya bersedih.

Arifah Yuniati tak bisa semudah membalikkan telapak tangan untuk bisa menerima kenyataan pahit. Aqila yang merupakan penerus dirinya kelak harus kehilangan mata di usia yang masih balita. Padahal, anak-anak pada usia itu seharusnya aktif bermain, belajar menguatkan otot kaki agar bisa lancar berjalan, dan seterusnya.

"Dokter pun terus memberikan pemahaman yang lebih kepada saya demi kesembuhan sang buah hati. Dan akhirnya saya ikhlas hal itu dilakukan untuk kesembuhannya. Terjadilah operasi pengangkatan bola mata sebelah kanan pada 29 April 2020," kenangnya.

Seusai dioperasi, Aqila tidak langsung sembuh, melainkan harus menjalankan pengobatan kemoterapi selama 6 bulan. Sang ibu pun mengantarnya pulang pergi dari Jombang-Surabaya untuk berobat di RS milik pemerintah provinsi itu.

"Setelah itu anak saya di CT scan dan hasilnya bersih dinyatakan sembuh," ungkapnya.

Ibu Aqila akhirnya tuntas mendampingi buah hatinya berobat, hingga dinyatakan sembuh oleh dokter. Tumor yang awalnya menyerang Aqila bisa diangkat. Kendati demikian, mata kanan Aqila tertutup dan tidak bisa melihat.

Tidak Bertahan Lama
Bulan Mei 2021, mata kanan Aqila terlihat ada gejala serupa dengan beberapa waktu sebelumnya, yakni bengkak. Ini adalah salah satu tanda bahwa kemungkinan tumor itu akan kembali menyerang atau pada saat operasi tidak sepenuhnya bersih, sehingga dalam waktu beberapa bulan ke depan dari waktu dioperasi dan proses penyembuhan kanker itu perlahan tumbuh berkembang.

Berdasarkan kondisi itu, sang ibu kembali membawa Aqila dikemoterapi secara rutin satu bulan sekali, dan setiap kali kemoterapi harus opname selama 6 hari. Arifah mengaku bahwa biaya transportasi dari Jombang ke Surabaya selama masa kemoterapi memakai biaya mandiri, karena saat itu tidak mendapat fasilitas dari pemerintah desa (Pemdes). 

Hasil informasi dari dokter spesialis, Aqila harus menjalankan operasi yang kedua kalinya. Tindakan ini diharapkan untuk yang terakhir kalinya, hingga Aqila sembuh secara permanen. "Ada rencana operasi yang kedua kalinya ini, menunggu kabar dari dokter spesialis besok pada tanggal 29 Juli ini," tuturnya.

LAZISNU Bergerak Cepat
Informasi terkait kondisi Aqila sampai di telinga pengurus Lembaga Amil Zakat Infak dan Sedekah Nahdlatul Ulama (LAZISNU) Kesamben. Jajaran pengurus juga sudah memastikan terkait kebenaran kondisi Aqila dan perjuangan orang tuanya untuk kesembuhan Aqila.

Ketua LAZISNU Kesamben, Nuruddin Suryanulloh bergerak cepat untuk berkoordinasi dengan berbagai pihak agar bisa membantu meringankan kebutuhan Aqila dan keluarganya.

"Pengurus LAZISNU MWCNU Kesamben beserta pengurus UPZIS Ranting NU Pojokrejo memberikan santunan tahap pertamanya sebesar Rp 800.000," katanya saat dikonfirmasi media ini, Sabtu (17/7).

Pria yang kerap disapa Surya itu menjelaskan, orang tua Aqila bukan dari keluarga yang berkecukupan. Ibunya, Arifah hanya sebagai Ibu rumah tangga, sedangkan ayahnya berprofesi sebagai koki sebuah restoran di Surabaya. Beberapa waktu terakhir sang ayah memilih pindah kerja ke Kalimantan, karena restoran tempat dia kerja sebelumnya sepi pengunjung.

"Kabarnya sudah satu bulan ini berada di Kalimantan," ungkapnya.

Karena situasi tersebut, Surya kembali mengumpulkan donasi tahap kedua. Banyak masyarakat yang tersentuh hatinya dan menyisihkan sebagian rezekinya untuk Aqila. Menurut Surya, mayoritas donatur dari warga NU. Mereka adalah pengurus NU aktif, UPZISNU tingkat desa, dan PC LAZISNU Jombang. 

"Selama sepuluh hari penggalangan donasi tersebut, terkumpullah uang sebesar Rp 10.225.000 ditambah 1 buah kalung emas yang beratnya sekitar 4 gram. Kalung emas tersebut juga dari warga yang tidak mau disebutkan namanya. Semua donasi tersebut sudah kami serahkan kepada ananda Aqila," pungkasnya.

Pewarta: Ahmad


Editor:

Daerah Terbaru