• logo nu online
Home Warta Ekonomi Daerah Bahtsul Masail Pendidikan Neraca BMTNU Nasional Fiqih Parlemen Khutbah Pemerintahan Keislaman Amaliyah NU Humor Opini BMT NU Video Nyantri Mitra Lainnya Tokoh
Jumat, 26 April 2024

Khutbah

Khutbah Hari Raya Idul Fitri: Silaturahim di Era Wabah Covid-19

Khutbah Hari Raya Idul Fitri: Silaturahim di Era Wabah Covid-19
Ilustrasi khatib. (Foto: NU Online)
Ilustrasi khatib. (Foto: NU Online)

Khutbah I

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ

اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَأَعَزَّ جُنْدَهُ، وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ

اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ وَفَّقَنَا ِلإِتْمَامِ شَهْرِ رَمَضَانَ وَأَعَانَناَ عَلىَ الصِّيَامِ وَالْقِيَامِ وَجَعَلَنَا خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ للِنَّاسِ. نَحْمَدُهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَهِدَايَتِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُ الْمُبِيْنُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ خَاتَمُ النَّبِيِّيْنَ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ، وَأَحُسُّكُمْ عَلَى طَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ

 قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ: أَعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ، بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ شَهْرُ رَمَضانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّناتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيْضاً أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Jama’ah shalat Idul Fitri rahimakumullah.
Marilah senantiasa meningkatkan amal ibadah dengan menjalankan perintah agama dan menjauhi larangan agama, semuanya kita niatkan mencari ridha Allah, dan ibadah yang kita lakukan senantiasa bertujuan li i’lai kalimatillah (menegakkan kalimat Allah), dan semoga yang demikian dapat mengantarkan kita termasuk golongan orang-orang yang bertakwa.

Saudaraku, Idul Fitri, suatu hari raya yang dirayakan setelah umat Islam melaksanakan ibadah puasa selama Ramadhan. Dinamakan Idul Fitri karena manusia pada hari itu laksana bayi yang baru lahir, yang tidak mempunyai dosa dan salah.   

Saudaraku, dalam menjalani hidup, kita semua sering melupakan Allah dan banyak berbuat dosa dan salah kepada Allah, juga memiliki dosa pada sesama manusia. Dosa kepada Allah terhapus dengan jalan bertaubat dan dosa kepada sesama manusia dapat terhapus dengan silaturahim.

Saudaraku, dosa merupakan catatan keburukan di sisi Allah yang telah dilakukan oleh manusia karena tidak menjalankan perintah atau karena mereka melanggar larangan Allah dan Rasul-Nya. Nah, bulan Ramadhan merupakan bulan khusus yang dikhususkan Allah untuk umat Islam. Di bulan ini terdapat maghfirah, rahmah, dan itqun minan nar. Selain itu, bulan Ramadhan juga menjadi sarana umat manusia untuk memohon dan meminta pengampunan dari Allah dengan jalan melaksanakan ibadah puasa dan shalat tarawih. Sebagaimana hadits Rasulullah SAW:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

(Dari Abi Hurairah berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda : Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan dengan kepercayaan bahwa perintah puasa itu dari Allah dan hanya mengharap pahala dari Allah akan diampuni dosanya yang telah lalu).

Begitu juga Allah menyediakan Qiyam Ramadhan (Tarawih) sebagai sarana penghapusan dosa. Sebagaimana ditegaskan dalam hadits shahih pada kitab Sunan Abi Dawud 

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُرَغِّبُ فِي قِيَامِ رَمَضَانَ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَأْمُرَهُمْ بِعَزِيمَةٍ ثُمَّ يَقُولُ مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ 

(Dari Abi Hurairah berkata: bahwa Rasulullah SAW melaksanakan Qiyam Ramadhan (Tarawih) meskipun tidak mewajibkannya. Kemudian bersabda: ”Barangsiapa melaksanakan Qiyam Ramadhan (Tarawih) karena iman kepada Allah dan mengharap pahala dari Allah, akan diampuni dosanya yang telah lalu.

Selain itu juga diperkuat dengan sabda Rasulullah SAW:

عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ فَرَضَ صِيَامَ رَمَضَانَ وَسَنَنْتُ قِيَامَهُ فَمَنْ صَامَهُ وَقَامَهُ احْتِسَابًا خَرَجَ مِنْ الذُّنُوبِ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ

Dari Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah mewajibkan puasa Ramadhan dan aku (Rasululllah) menyunahkan (menganjurkan) melakukan shalat Tarawih, karena itu, siapa yang berpuasa Ramadhan dan shalat Tarawih hanya mengharap pahala dari Allah, maka akan diampuni dosanya seperti ketika dilahirkan ibunya. (Hr. Ahmad)

Dengan demikian, dapat kita pahami, bahwa agar kita seperti bayi yang baru dilahirkan tanpa memiliki dosa, maka syaratnya adalah siang hari puasa Ramadhan dan malam harinya melaksanakan shalat Tarawih. Yang tentunya semuanya itu kita laksanakan dengan tulus mencari ridha dan pahala dari Allah SWT.

Saudaraku, setelah dosa kita diampuni Allah, maka tahapan selanjutnya adalah membersihkan dosa sesama manusia. Nah, dengan momentum Idul Fitri ini, mari kita jadikan sebagai sarana meminta maaf dan memaafkan orang lain dengan menyambung kasih sayang kepada orang tua, saudara, keluarga, sanak famili, tetangga serta teman, dan relasi. Sebab kasih sayang merupakan lawan dari kebencian. Sehingga orang yang dalam dirinya ada kebencian pada orang tua, keluarga, sanak kerabat, tetangga, teman dan relasi disebut dengan pemutus kasih sayang (Qathiur Rahim). Orang yang memutuskan kasih sayang (Qathiur Rahim) tidak akan masuk surga. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

إِنَّ جُبَيْرَ بْنَ مُطْعِمٍ أَخْبَرَهُ أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعٌ

(Sesungguhnya Jubair bin Muth'im berkata bahwa ia mendengar Nabi SAW bersabda, “Pemutus kasih sayang tidak akan masuk surga". 

 Di hadits lain juga dijelaskan: 

لَا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلَاثِ لَيَالٍ

“Tidak halal bagi seorang Muslim untuk memboikot (tidak menyapa) saudaranya lebih dari 3 hari.” (HR. Bukhari).

Saudaraku, ternyata ada alasan kenapa orang yang memutus tali silaturahim tidak bisa masuk surga, hal ini dijelaskan Rasulullah SAW:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ أَعْمَالَ بَنِي آدَمَ تُعْرَضُ كُلَّ خَمِيسٍ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ فَلاَ يُقْبَلُ عَمَلُ قَاطِعِ رَحِمٍ

(Dari Abi Hurairah berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: Sungguh perbuatan Bani Adam (manusia) dilaporkan setiap Kamis malam Jumat, maka tidak akan diterima perbuatan (baik) orang yang memutuskan kasih sayang).

Selain itu, juga diperkuat dengan hadits Nabi Muhammad SAW:

تُفْتَحُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْإِثْنَيْنِ، وَيَوْمَ الْخَمِيسِ، فَيُغْفَرُ لِكُلِّ عَبْدٍ لَا يُشْرِكُ بِاللهِ شَيْئًا، إِلَّا رَجُلًا كَانَتْ بَيْنَهُ وَبَيْنَ أَخِيهِ شَحْنَاءُ، فَيُقَالُ: أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا، أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا، أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا

“Pintu-pintu surga dibuka setiap hari Senin dan Kamis. Lalu diampuni seluruh hamba yang tidak berbuat syirik (menyekutukan) Allah dengan sesuatu apapun. Kecuali orang yang sedang ada permusuhan dengan saudaranya. Dikatakan: Tunda amal dua orang ini, sampai keduanya berdamai. Tunda amal dua orang ini, sampai keduanya berdamai. Tunda amal dua orang ini, sampai keduanya berdama” (HR. Imam Malik). 

Di samping meminta maaf dan memberi maaf, kita juga wajib sebisa mungkin menjadi pribadi pemaaf. Memberi maaf berbeda dengan pemaaf. Memberi maaf terjadi ketika ada orang yang meminta maaf, sedang pemaaf adalah orang yang memberi maaf sebelum orang tersebut meminta maaf kepadanya. Hal ini dengan tegas ada dalam surah Ali-Imran (3) ayat 134:

الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ 

(Penghuni surga adalah) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.

Silaturahim meminta maaf dengan bertemu dan berjabat tangan adalah hal terbaik. Namun, di masa pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung satu tahun lebih, dan belum menunjukkan adanya kondisi normal, bahkan di beberapa tempat justru ada kenaikan jumlah penderita Covid-19 dengan berbagai mutasi varian terbarunya, maka silaturahim memohon maaf dapat dilaksanakan melalui teknologi yang ada. Meminta maaf dapat diilakukan melalui video call, whatsapp, telpon, SMS, dan lainnya.

Tradisi mudik untuk sementara waktu ditunda dulu, terlebih ada edaran dari pemerintah untuk tidak mudik guna mengurangi lonjakan penyebaran Covid-19 dengan beragam varian terbarunya. Kebijakan pemimpin pada dasarnya mengikuti kaidah fiqh yang berbunyi:

تَصَرُّفُ الاِمَامِ عَلَى الرَّعِيَةِ مَنُوطٌ بِالمصْلَحَةِ

“Kebijakan seorang pemimpin terhadap rakyatnya bergantung kepada kemaslahatan”

Saudaraku, pelarangan mudik bukan berarti melarang merayakan hari raya. Pelarangan mudik harus dipahami sebagai langkah antisipasi agar Covid-19 tidak menyebar. Tidak mudik bukan berarti memutus silaturahim, tidak mudik bukan berarti tidak sayang pada orangtua, saudara, dan keluarga. Melainkan dengan tidak mudik merupakan tanda kita sayang pada mereka. 
Saudaraku, kita semua tidak ingin menjadi pembawa virus, dan juga tidak mau tertular virus. Mematuhi aturan yang ada dan menerapkan protokol kesehatan merupakan ikhtiar kita bersama menghindari kemudharatan, dan sebagai upaya preventif penyebaran wabah penyakit. Sebab salah satu dari 5 hal yang harus dijaga oleh setiap orang adalah Hifdz al-Nafs (menjaga jiwa). sebagaimana dalam kaidah Asasi (al-Qawaid al-Asasiyah) yang berbunyi:

جلب المصالح ودرء المفاسد 

"Meraih kemaslahatan dan menolak kemafsadatan"

Dari kaidah tersebut, akhirnya muncul kaidah turunannya, yaitu:

 دفع الضرر أولى من جلب النفع 

“Menolak kemudaratan lebih utama daripada meraih kemafsadatan”

 دفع المفاسد مقدم على جلب المصالح 

“Menolak kemafsadatan didahulukan daripada meraih kemaslahatan” 

Oleh karena itu, mari kita semua untuk tetap mengikuti protokol kesehatan, berhati-hati agar tidak tertular maupun menulari virus, dan jangan meremehkannya. Dan mudah-mudahan kita semua senantiasa diberi kesehatan serta kekuatan dan dijauhkan dari segala hal yang tidak baik. 

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَذِكْرِ اْلحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ.


Khutbah II

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ ، كبِيْرًا وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَأَعَزَّ جُنْدَهُ، وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ
اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. فَيَاعِبَادَ اللهِ اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِيْ كِتَابِهِ اْلعَظِيْمِ "إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِيِّ, يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ أَمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا". اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَأًصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ. وَعَلَيْنَا مَعَهُمْ.. بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِماَتِ, وَاْلمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ, اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ وضعف لهم الحسنات وكفر عنهم السيئات وارزقهم من الأرزاق الطيبات. اللهم اكشف عنا البلاء والغلاء والوباء والفخشاء والمنكر والبغي والشدا ئد والمحن ما ظهر منها وما بطن من بلدنا إندونشي هذا خاصة ومن بلدان المسلمين عامة إنك على كل شئ قدير. إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ يَا قَاضِيَ اْلحَاجَاتِ. رَبَّنَا افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِاْلحَقِّ وَأَنْتَ خَيْرُ اْلفَاتِحِيْنَ. رَبَّنَا أَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا عَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا وَإِلَيْكَ أَنَبْنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ. رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَتَوَفَّنَا مُسْلِمِينَ. عَلَى اللَّهِ تَوَكَّلْنَا رَبَّنَا لَا تَجْعَلْنَا فِتْنَةً لِلْقَوْمِ الظَّالِمِينَ. اللَّهُمَّ انْفَعْنا بِمَا عَلَّمْتَنا وَعَلِّمْنا مَا يَنْفَعُنا وَزِدْنا عِلْمًا الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ ونعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ حَالِ أَهْلِ النَّارِ

عِبَادَ اللهِ إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهىَ عَنِ اْلفَحْشَاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Penulis: Moh Makmun, Ketua Pengurus Cabang (PC) Lembaga Takmir Masjid Nahdlatul Ulama (LTMNU) Kabupaten Jombang


Editor:

Khutbah Terbaru