• logo nu online
Home Warta Ekonomi Daerah Bahtsul Masail Pendidikan Neraca BMTNU Nasional Fiqih Parlemen Khutbah Pemerintahan Keislaman Amaliyah NU Humor Opini BMT NU Video Nyantri Mitra Lainnya Tokoh
Jumat, 29 Maret 2024

Opini

KH. Wahid Hasyim, Produk Pesantren yang Merumuskan Pembukaan UUD 1945

KH. Wahid Hasyim, Produk Pesantren yang Merumuskan Pembukaan UUD 1945

KH. Abdul Wahid Hasyim anak lelaki dari pasangan KH. Hasyim Asy’ari dengan Nyai Nafiqah binti Kyai Ilyas, lahir di Jombang, pada hari Jumat legi, Rabiul Awwal 1333 H, atau dengan 1 Juni 1914 M, ketika di rumahnya sedang ramai dengan pengajian. Wahid Hasyim adalah salah seorang dari sepuluh keturunan langsung KH. Hasyim Asy’ari. Silsilah dari jalur ayah ini bersambung hingga Joko Tingkir, tokoh yang kemudian lebih dikenal dengan Sultan Sutawijaya yang berasal dari kerajaan Demak.

Sedangkan dari pihak ibu, silsilah itu betemu pada satu titik, yaitu Sultan Brawijaya V, yang menjadi salah satu raja Kerajaan Mataram. Sultan Brawijaya V ini juga dikenal dengan sebutan Lembu Peteng. Kesepuluh putra KH. Hasyim Asy’ari itu adalah Hannah, Khairiyah, Aisyah, Izzah, Abdul Wahid, A. Khaliq, Abdul Karim, Ubaidillah, Masrurah, dan Muhammad Yusuf. Sementara itu, dengan Nyai Masrurah KH. Hasyim Asy’ari dikaruniai empat putera, yakni Abdul Kadir, Fatimah, Khodijah dan Ya’kub.

Kyai Wahid, dikaruniai Allah otak "super cerdas" dan sejak bayi serta masa kanaknya dimanfaatkannya dengan baik. Kyai Wahid sangat beruntung memiliki ayah, Hadratus-syech Hasyim Asy'ari, seorang kyai besar abad ke 20 yang belajar di Makaratul Mukaromah selama delapan tahun, antara 1891-1899. Dengan demikian, penguasaan Kyai Wahid terhadap makna kata-kata dalam bahasa Arab sangat "prima" bahkan sebelum menguasai bahasa Indonesia, bahasa Belanda, bahasa Inggris dan bahasa Jerman.

Kyai Wahid menguasai bahasa Belanda, Inggris dan Jerman sejak usia dini mulai tahun 1918 karena keberuntungan memiliki saudara sepupu Muhammad Ilyas yang sejak 1918 mengikuti pendidikan di "Hollands Inlandsche Schule (HIS)" antara tahun 1918-1926. Muhammad Ilyas lahir tahun 1911 (3 tahun sebelum Kyai Wahid lahir) dan sejak 1913 tinggal di Pesantren Tebuireng, pesantren yang dipimpin oleh ayahanda Hadrarus-syech. Dengan demikian, selain bersama, Kyai Wahid dapat belajar semua ilmu yang dimiliki Muhammad Ilyas tanpa harus ke sekolah Belanda.

Keberuntungan Kyai Wahid terus-menerus beruntung. Allah juga memberikannya bakat sebagai seorang "otodidak", sebagai seorang otodidak, Kyai Wahid menyerap semua ilmu yang diajarkan oleh Allah SWT melalui buku-buku yang dibacanya dari berbagai bahasa : Jawa, Arab, Indonesia dan bahasa bahasa asing yang dapat dikuasainya dengan mudah. "Wa'allama Wahid Hasyim Asmaa Kullaha", Allah telah mengajarkan ilmu pengetahuan kepada Kyai Wahid. 

Kyai Wahid juga menuturkan sejak usianya masih sangat remaja telah membaca karya-karya Bung Karno dari berbagai majalah yang memuat tulisan Proklamator Kemerdekaan. Ia membaca Karya Bung Karno, "Indonesia Menggugat yang ditulis tahun 1924 sebagai pembelaannya di pengadilan karena aktivitas politiknya menuntut Kemerdekaan Indonesia.

Pada Tahun 1944 sebelum proklamasi kemerdekaan, saat usianya menginjak 30 Tahun. KH. Wahid Hasyim ditugaskan oleh ayahnya sebagai kepala Shumumbu (Kantor Urusan Agama) Jawa dan Madura yang dibentuk oleh Pemerintah Jepang. Pada waktu Bung Karno menjadi Ketua Rapat Badan Persiapan Kemerdekaan Indonesia, ia ditunjuk sebagai salah seorang anggota BPKI, sewaktu BPKI membentuk Tim Sembilan untuk merumuskan Pembukaan UUD 1945, Soekarno menunjuk KH. Wahid Hasyim sebagai salah satu anggota. 

Di Tahun 1945, menjelang Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, KH. Wahid Hasyim telah muncul, sebagai seorang tokoh besar yang aktif membidani lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia dan salah seorang yang turut mempersembahkan "Mukadiman" atau Pembukaan Undang-Undang Dasar (1945) Kepada Bangsa Indonesia. 

Dalam sepanjang sejarah Bangsa Indonesia "Pembukaan Undang Undang Dasar Republik Indonesia UUD'45", mulai tahun 1945 telah menjadi "pedoman" hidup bernegara dan berbangsa bagi seluruh rakyat Indonesia yang tidak mengalami perubahan.  

Bersama anggota "Tim Sembilan" yang dipimpin Bung Karno, KH. Wahid Hasyim bukan sekedar ikut, akan tokoh central serta perumus Mukadimah "UUD'45 RI" pada Tanggal 18 Agustus 1945. Kyai Wahid dengan kekuatan ke-"santri"-annya mampu meredam ketidakpuasan anggota Tim Sembilan. 

Selain itu, kalimat awal pembukaan UUD'45 RI "Dengan Rahmat Allah"...pun tidak lepas dari "bidikan" Kyai Wahid agar Republik Indonesia yang diproklamirkan pada Tanggal 17 Agustus 1945, sehari sebelum ditetapkannya Mukadimah dan UUD'45 RI dapat memperoleh rahmat dan berkah dari Allah SWT. 

Kenapa motivasi menuntut kemerdekaan menggelora dihati kyai Wahid? Karena Kyai Wahid setiap hari melihat pabrik tebu "simbol" kebesaran dan kolonial belanda "megah" didepan pesantren Tebuireng "pabrik Tebu Cukir".


Referensi

Guruku dari orang-orang pesantren. - KH. Saifuddin Zuhri

Tradisi Pesantren 
Studi pandangan hidup kyai dan visinya mengenai masa depan indonesia - Zamarkasyi Dhofier

Biografi KH. Wahid Hasyim-'Abu Bakar Atjeh 

 

Rifqi Nurul Hidayat, Sekretaris Pengurus Cabang (PC) Lembaga Ta' lif wan Nasyr Nahdlatul Ulama (LTNNU) Jombang, Jawa Timur 


Editor:

Opini Terbaru