• logo nu online
Home Warta Ekonomi Daerah Bahtsul Masail Pendidikan Neraca BMTNU Nasional Fiqih Parlemen Khutbah Pemerintahan Keislaman Amaliyah NU Humor Opini BMT NU Video Nyantri Mitra Lainnya Tokoh
Kamis, 25 April 2024

Opini

Keramatnya NU

Keramatnya NU
Bendera NU. (Foto: Istimewa)
Bendera NU. (Foto: Istimewa)

Oleh H Muslimin Abdilla*

Jam’iyah Nahdlatul Ulama (NU) itu memiliki keramat. Demikian disampaikan KH Abd Nashir Fattah Tambakberas, cucu KH Bisri Syansuri Denanyar. Pernyataan tersebut dinukil dari guru Kiaii Nashir, yaitu KH Maimun Zubair Sarang.

 

Bukti NU memiliki keramat dapat dilihat dari perjalanannya. Banyak pengurus NU yang terlihat memiliki keramat, tetapi dalam kenyataannya, bukan orang-perorang pengurus NU tersebut yang memiliki keramat. Karena ada beberapa pengurus NU yang memiliki keramat yang cukup besar saat menjadi pengurus. Namun setelah tidak lagi menjadi pengurus keramatnya ikut meredup. Kiyai Nashir tidak menyebutkan siapa-siapa saja orang tersebut. Inilah bukti bahwa, keramat itu dimiliki NU sebagai jamiyah

 

Sementara, dalam kesempatan yang berbeda, Agus M. Zaki Tebuireng, cucu Hadratus Syech KH Hasyim Asyari, saat ditanya, apa keramatnya Hadratus Syeh? Dia menjawab bahwa, keramatnya Hadratus Syeh salah satunya yang paling besar adalah Nahdlatul Ulama. Tentu, menurutnya juga sebagai keramatnya para pendiri Nahdlatul Ulama yang lain.

 

Menurut Syaikh Zainuddin Abdurrauf al Munawi, dalam kitabnya, al Kawakib al Durriyah, karomah adalah peristiwa luar biasa yang dikaruniakan oleh Allah SWT kepada para wali-Nya. Berkaitan dengan hal ini, ulama Ahlussunnah wal Jamaah bersepakat bahwa, karomah itu ada. Karomah inilah yang dalam tutur Jawa atau Indonesia dikatakan sebagai keramat. Kenurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti suci dan dapat mengadakan sesuatu di luar kemampuan manusia biasa karena ketakwaannya kepada Tuhan (tentang orang yang bertakwa).

 

Menurut Syech al Munawi, dalam kitab yang sama, salah satu keramat yang diberikan kepada para wali salah satunya adalah Allah menghancurkan orang yang menghendaki keburukan pada mereka.

 

Yang dicontohkan dalam kitab tersebut adalah ada seorang wali yang berdesakan dengan seseorang, lalu dia menampar wajah sang wali. Tiba-tiba tangannya terlepas bersama dengan pukulan itu. Padahal tidak ada niatan dari sang wali untuk membalas. Sang wali hanya menyatakan, aku tidak menghendakinya, tapi Allah SWT yang memiliki anggota tubuh itu yang cemburu.

 

Jika disambungkan dengan konteks saat ini, dan sejak Nahdlatul Ulama didirikan, dimana banyak orang atau golongan yang menghendaki keburukan kepada Nahdlatul Ulama, pada akhirnya, orang atau golongan itu sendiri yang mengalami kehancuran. Ada beberapa peristiwa dalam sejarah Indonesia, orang atau golongan yang berusaha menghancurkan Nahdlatul Ulama, pada akhirnya mereka sendiri yang hancur. Yang dicontohkan Syaikh al Munawi adalah satu orang wali, padahal di Nahdlatul Ulama ada banyak sekali wali Allah yang membentengi.
Wallahu a’lam bisshowab

​​​​​​​

*Penulis adalah Wakil Ketua PCNU Jombang periode 2017-2022

 

Tulisan ini juga telah diterbitkan NU Online (www.nu.or.id) pada Ahad, 24 Juni 2018


Editor:

Opini Terbaru