• logo nu online
Home Warta Ekonomi Daerah Bahtsul Masail Pendidikan Neraca BMTNU Nasional Fiqih Parlemen Khutbah Pemerintahan Keislaman Amaliyah NU Humor Opini BMT NU Video Nyantri Mitra Lainnya Tokoh
Selasa, 23 April 2024

Daerah

Ini Kesan Film 'Bumi itu Bulat' menurut Ansor Jombang (I)

Ini Kesan Film 'Bumi itu Bulat' menurut Ansor Jombang (I)

NU Jombang Online,
Baru-baru ini, Pimpinan Cabang (PC) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Jombang, Jawa Timur gelar nonton bareng (Nobar) film 'Bumi Itu Bulat' di Gedung Bioskop NSC Mall Linggar Jati, Ringin Contong, Jombang.

Kurang lebih dari 166 kursi ludes terjual bahkan kurang. Mereka terdiri dari berbagai kalangan, mulai anak muda, para aktivis organisasi, lintas agama atau keyakinan, kader Ansor, Banser, badan otonom (Banom) NU yang lain hingga masyarakat umum, turut bersama mensukseskan acara Nobar.

Ketua PC GP Ansor Jombang, H Zulfikar Damam Ikhwanto memaparkan, film tersebut digarap profesional. Film ini bercerita tentang drama kehidupan anak muda di kampus atau perguruan tinggi yang kerap terjadi dalam 2 dasa warsa terakhir ini, yakni fenomena model berislam yang eksklusif. 

"Film ini pun berkaitan dengan keberadaan orang tua yang kebetulan sebagai aktivis Banser," katanya kepada NU Online saat diminati komentarnya terkait film itu, Ahad (14/4).

Adegan-adegan yang ditayangkan dalam film tersebut menurutnya adalah realita kehidupan di kampus atau perguruan tinggi pada 2 dasa warsa terakhir ini.

Adanya fenomena keberagamaan atau sebut saja aktivitas kerohanian Islam yang mengedepankan eksklusifisme, anti kebhinekaan, kebenaran milik pribadi dan kelompoknya saja sudah gagal paham dalam menjalankan Islam rahmatan lil alamin.

Mereka tidak mampu melakukan dakwah yang ramah, dakwah yang merangkul bukan memukul juga adanya frustasi dengan sistem kepemerintahan dan kenegaraan yang notabene sudah menjadi konsensus nasional dan dilakukan oleh para founding fathers bangsa sebelumnya. 

"Bahkan menganggap sistem tersebut yang sekarang ada adalah bagian dari sistem toghut, sistem kafir, tidak Islami, hingga wajib diperangi, wajib dilawan apapun dan bagaimanapun caranya," ujarnya.

Sehingga, lanjut dia, ujungnya, landasan Ideologi Pancasila dan Konstitusional UUD 1945 selalu dikatakan tidak sesuai dengan syariat Islam, layak untuk ditumbangkan. 

Padahal menurut pria yang kerap disapa Gus Antok ini, jika mendalami seluruh isi dari Pancasila itu sendiri sungguh sangat bersesuaian dengan ajaran Islam, bahkan juga semua agama yang ada di NKRI ini.

"Bukankah Pancasila dirumuskan berdasarkan akar budaya bangsa kita sendiri. Makanya kemudian dijadikan sebagai panduan dalam hidup berbangsa dan negara," jelasnya.

Peristiwa sebagaimana tersebut di atas, menurut kacamata dia, hampir secara masif mempengaruhi pemikiran anak muda para mahasiswa kita di kampus atau perguruan tinggi di Indonesia. 

"Sehingga tidak heran puluhan persen dari para mahasiswa ini terpapar paham radikal yang mengatasnamakan agama Islam sebagaimana ciri telah diungkap di atas tadi. Ini suatu persoalan yang semestinya dibutuhkan solusi sesegera mungkin," pungkasnya. (Syamsul Arifin) 


Editor:

Daerah Terbaru