• logo nu online
Home Warta Ekonomi Daerah Bahtsul Masail Pendidikan Neraca BMTNU Nasional Fiqih Parlemen Khutbah Pemerintahan Keislaman Amaliyah NU Humor Opini BMT NU Video Nyantri Mitra Lainnya Tokoh
Kamis, 25 April 2024

Daerah

Harlah Ke-96 NU, Pergunu Jatim Ziarah Muassis NU dan Gelar Halaqah

Harlah Ke-96 NU, Pergunu Jatim Ziarah Muassis NU dan Gelar Halaqah

NU Jombang Online,
Peringatan Harlah NU digelar agak beda oleh Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) Jawa Timur (Jatim). Organisasi yang beranggotakan para guru Nahdlatul Ulama ini menggelar Halaqah Aswaja. Tema yang diangkat adalah Seni Mendidik Ala Mu'assis NU. Sebelumnya, jajaran pengurus Pergunu ziarah dan tahlil bersama di makam muassis NU Jombang, Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari.

Kegiatan yang digelar di aula KH Yusuf Hasyim Pesantren Tebuireng, Sabtu (23/3) diikuti para pengurus wilayah, cabang dan anak cabang dari Pergunu. Bahkan banyak peserta yang mengikuti acara di luar aula. 

Agenda difokuskan membedah kitab karya Hadratussyaikh KHM Hasyim Asy'ari berjudul 'Adabul Alim wal Muta'allim'. Hadir sebagai narasumber adalah A Muhibbin Zuhri, Musta'in Syafi'i, dan Miftahurrohim dan sebagai keynote speaker adalah KH Salahuddin Wahid. 

Ketua Pergunu Jatim M Sururi menyatakan bahwa kegiatan ini dimulai dari ziyarah ke makam pendiri NU KH. Hasyim Asy'ari. "Lalu dilanjutkan dengan shalat Dzuhur berjamaah di masjid pondok Tebuireng," ujarnya.

"Peserta yang hadir mulai dari Pacitan sampai Sumenep, mulai Banyuwangi hingga Tuban," imbuhnya. "Puncak dari kegiatan ini adalah halaqah aswaja ini," katanya.

Saat memaparkan materi, KH Salahuddin Wahid menegaskan bahwa dari jumlah guru yang sekitar tiga juta, masih terdapat sekitar 490.000 yang belum sarjana. "Ini menjadi tugas bersama, tidak hanya pemerintah saja," ujarnya.

Pria yang akrab disapa Gus Solah ini memaparkan bahwa masalah yang dihadapi bangsa Indonesia tidak hanya radikalisme. Namun juga penegakan hukum dan pemberantasan korupsi. "Yang paling penting adalah masalah akhlak, termasuk kejujuran kita masih rendah," imbuhnya.

Untuk itu, lanjutnya, santri harus mampu menerapkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari. Ilmu yang sudah diperoleh di pesantren diamalkan di dalam kehidupan masyarakat. "Sehingga pesantren tidak hanya menyumbang saat pemilu," ujarnya yang disambut tawa hadirin.

Saat menjelaskan materi, Musta'in Syafi'i menegaskan bahwa kitab Adabul 'Alim wal Muta'allim lebih mengedepankan adab dibanding ilmu. "Juga mengedepankan keimanan daripada syari'ah," ujarnya.

Kitab ini, imbuhnya, terdiri dari delapan bab. Lalu dijabarkan dalam beberapa pasal. "Di mana pada bab pertama dikedepankan motivasi lillahi ta'ala dalam proses belajar mengajar," ujarnya. 

Ke semua pembahasan, lanjutnya, diperkokoh dengan dalil-dalil naqli, Qur'an dan hadits. "Termasuk juga diperkuat oleh perkataan ulama utuh tanpa analisis," paparnya. "Sungguh, ini akan menambah keluhuran niat dan urgensi ilmu," pungkasnya. (Muk/Syamsul Arifin


Editor:

Daerah Terbaru