• logo nu online
Home Warta Ekonomi Daerah Bahtsul Masail Pendidikan Neraca BMTNU Nasional Fiqih Parlemen Khutbah Pemerintahan Keislaman Amaliyah NU Humor Opini BMT NU Video Nyantri Mitra Lainnya Tokoh
Sabtu, 20 April 2024

Bahtsul Masail

Dihitung dengan Cara Faraid Potensi Konflik, Begini Solusi Pembagian Warisan

Dihitung dengan Cara Faraid Potensi Konflik, Begini Solusi Pembagian Warisan
Ilustrasi pembagian warisan. (Foto: Istimewa)
Ilustrasi pembagian warisan. (Foto: Istimewa)

Deskripsi Masalah
Kita semua mengetahui bahwa kehidupan sosial masyarakat Indonesia sangatlah tinggi. Urusan tepa slira, saling tenggang rasa, dan saling menghormati sangat dipegang teguh di masyarakat.

 

Karena latar belakang sosial yang demikian itulah, sebut saja Zaed bingung terhadap persoalan yang sedang dihadapi. Sebulan yang lalu Ibunda Zaed meninggal dunia, meninggalkan ahli waris suami dan dua anak laki-laki yaitu Zaed dan adiknya. Zaed berpikir andai tirkah ibunya diselesaikan dengan cara faraid, maka potensi konflik akan terjadi, dikarenakan ahli waris yang berstatus suami ini adalah ayah tiri Zaed dan adik laki-lakinya, bukan ayah kandung Zaed. Artinya Zaed harus mengetahui dulu mana harta almarhumah ibundanya yang harus dihitung faraid, termasuk harta gono gini. Ini yang merisaukan Zaed karena berpotensi terjadi fitnah di antara keluarga. 

 

Akhirnya Zaed merelakan semua persoalan tersebut, dan tidak menyinggung sama sekali tentang tinggalan harta ibundanya. (MWCNU Jombang Kota)

 

Sekadar diketahui, topik ini sudah disinggung sebelumnya dan telah terbit. Forum Bahtsul Masail tersebut menghasilkan bahwa tidak ada dalil yang bisa menggugurkan penghitungan faraid meski Zaed sudah merelakan semua persoalan tersebut.

 

Lalu, bagaimana solusinya? 

 

Jawaban
Zaid bisa menyedekahkan atau menghibahkan bagiannya kepada orang yang dikehendaki setelah dihitung secara faraid

 

المجموع شرح المهذب الجزء الخامس عشر صحـ 370
والهبة والعطية والهدية والصدقة معانيها متقاربة وكلها تمليك في الحياة بغير عوض، واسم العطية شامل لجميعها، وكذلك الهبة والصدقة والهدية متغايران، فان النبي صلى الله عليه وسلم كان يأكل الهدية ولا يأكل الصدقة. وقال في اللحم الذى تصدق به على بريرة (هو عليها صدقة ولنا هدية) فالظاهر ان من أعطى شيئا يتقرب به إلى الله تعالى للمحتاج فهو صدقة. ومن دفع إلى انسان شيئا بتقرب به إليه محبة له فهو هدية، وجميع ذلك مندوب إليه ومحثوث عليه لقوله صلى الله عليه وسلم (تهادوا تحابوا) وأما الصدقة فما ورد في فضلها اكثر من ان يمكننا حصره، وقد قال الله تعالى (ان تبدوا الصدقات فنعما هي، وان تخفوها وتؤتوها الفقراء فهو خير لكم ويكفر عنكم سيئاتكم) إذا ثبت هذا فان المكيل والموزون لا تلزم فيه الصدقة والهبة الا بالقبض، وهو قول اكبر الفقهاء، منهم النخعي والثوري والحسن بن صالح وابو حنيفة والشافعي واحمد. وقال مالك وابو ثور: يلزم ذلك بمجرد العقد لعموم قوله عليه الصلاة والسلام (العائد في هبته كالعائد في قيئه) ولانه ازالة ملك بغير عوض فلزم بمجرد العقد كالوقوف والعتق.

 

Hasil Bahtsul Masail Syuriyah PCNU Jombang ke-X, 21 Maret 2021 M/7 Sya’ban 1442 H di MWCNU Jombang Kota

 

*Catatan: Ulasan penghitungan faraid ini menyesuaikan dengan persoalan yang melatarbelakangi sebagaimana di deskripsi. Tentu, jawaban bisa berbeda saat dihadapkan dengan persoalan yang lainnya.


Editor:

Bahtsul Masail Terbaru