• logo nu online
Home Warta Ekonomi Daerah Bahtsul Masail Pendidikan Neraca BMTNU Nasional Fiqih Parlemen Khutbah Pemerintahan Keislaman Amaliyah NU Humor Opini BMT NU Video Nyantri Mitra Lainnya Tokoh
Jumat, 29 Maret 2024

Ekonomi

Dari Ayam Geprek, Devi Belajar Mengawali Kesuksesan

Dari Ayam Geprek, Devi Belajar Mengawali Kesuksesan
Devi Puji Nur Laili, Kader IPPNU yang membuka usaha ayam geprek (Foto: Arif)
Devi Puji Nur Laili, Kader IPPNU yang membuka usaha ayam geprek (Foto: Arif)

NU Jombang Online,
Kesuksesan itu tidak harus ditandai dengan memakai dasi dan kerja di kantor. Asal mau kerja keras dan mengesampingkan gengsi, semua bisa sukses. Hal itu yang mendasari Devi Nur Lailia untuk mulai berwirausaha.

Perempuan kelahiran Jombang 20 tahun silam ini awalnya memulai usaha saat dirumahkan oleh pabrik tempatnya bekerja. Diam di rumah, tidak mendapat penghasilan membuatnya memutar otak. Januari 2019 menjadi awal Devi's Catering berdiri.

“Dulu kan saya pernah kerja di pabrik. Tapi dirumahkan karena pabrik sedang sepi order. Di rumah nggak ada pemasukan. Akhirnya, saya cari referensi di google dan melihat ayam geprek sedang booming. Jadilah saya belajar cara membuat ayam geprek. Resepnya saya lihat dari Youtube,” ulasnya sembari mengingat kembali permulaan bisnisnya.

Namun, karena baru memulai bisnis, perjalanan Devi mencari formulasi yang pas dalam wirausaha belum menemukan muaranya. Dia melakukan trial and error resep dengan cara menanyakan pada pelanggan yang sudah pernah membeli ayam geprek buatannya. Devi melakukan survey singkat kepada pelanggan sehingga akhirnya dia menemukan rasa yang pas untuk ayam gepreknya.

Tak hanya itu, lulusan SMAN 1 Bareng ini juga aktif memasarkan ayam gepreknya melalui media sosial facebook dan aplikasi pengatur pesan, whatsapp. “Awalnya hanya memasarkan lewat story di wa (whatsapp. Red). Terus lama-lama saya ikut memasarkan lewa grup kuliner di facebook,” katanya.

Hasilnya, usaha ayam gepreknya makin dikenal luas. Citarasa yang menggoyang lidah membuat siapapun yang merasakannya ketagihan pada gigitan pertama. Sambal bawang sebagai pelengkap ayam geprek dominan gurih dan pedas tapi tidak terlalu menyengat sehingga mereka yang tidak terlalu suka pedas bisa mengkonsumsinya dengan aman.

Dua bulan menjalani usahanya, Devi kembali dipanggil untuk bekerja di pabrik. Namun rupanya tak bertahan lama karena badai pandemi Covid-19 menerjang. Dia kembali dirumahkan. Dua kali dirumahkan oleh pabrik tempatnya bekerja membuat Devi bertekad untuk lebih serius menjalani usahanya.

Sejak Pandemi, saat banyak orang terimbas secara ekonomi, perempuan yang aktif di Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Bareng ini justru makin gencar berpromosi sehingga dirinya makin sering kebanjiran orderan.

“Intinya fokus. Kalau kita fokus berusaha, akan lebih banyak ide yang masuk. Bagaimana kita bisa mengembangkan usaha? Bagaimana kita berinovasi? Dan sebagainya. Selama kita fokus, kita bisa sukses. Karena itu saya memutuskan serius menjalani usaha. Saat ini juga saya kuliah mengambil jurusan managemen. Biar bisa mengembangkan usaha saya ke depan,” sahutnya.

Saat ini Devi bisa menghabiskan hingga 20 kilogram ayam dalam sehari jika orderan membanjir. Sementara di hari biasa, dia bisa menghabiskan 3 hingga 5 kilogram ayam sehari.

Pelanggannya beragam. Mulai dari teman sekampusnya, tetangga dekat hingga perangkat desa yang biasanya datang ke rumahnya, di desa Jenisgelaran RT 02, RW 01 Bareng untuk makan siang bersama. Devi sengaja menyulap ruang tamunya sebagai tempat makan lesehan untuk pelanggan yang ingin makan di tempat.

"Biasanya suka datang dadakan ke sini. Makan di tempat. Kadang juga saya ada pemesanan dadakan. Misal, siang pesan 50 kotak nanti diambil sore, itu saya sudah menyiapkan lebih dulu stok ayam dan bahan-bahannya. Jadi sekarang bukan hanya jual ayam geprek tapi juga ayam bakar, nasi kuning, juga nasi bento untuk acara ulang tahun," papar perempuan yang kini menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) PGRI Dewantara ini. 

Untuk ayam geprek lengkap dengan nasinya, Devi membandrol dengan harga mulai dari 8 ribu rupiah. Kalau makan di tempat, harganya jadi 10 ribu tetapi dengan porsi yang lebih besar. Sementara untuk nasi kotak yang dijualnya berkisar di harga 10 ribu hingga 17 ribu rupiah tergantung dengan lauk yang diinginkan pelanggan.

Devi ingin mengembangkan usahanya hingga skala besar. Baginya, tidak perlu malu untuk mulai berjualan. Banyak jalan menuju kesuksesan. Yang penting, kesampingkan gengsi dan terus kerja keras mencapai tujuan.

Nur Fitriana


Editor:

Ekonomi Terbaru