• logo nu online
Home Warta Ekonomi Daerah Bahtsul Masail Pendidikan Neraca BMTNU Nasional Fiqih Parlemen Khutbah Pemerintahan Keislaman Amaliyah NU Humor Opini BMT NU Video Nyantri Mitra Lainnya Tokoh
Jumat, 26 April 2024

Daerah

Banyak Dampak Negatif, Remaja Perlu Hindari Pernikahan Dini

Banyak Dampak Negatif, Remaja Perlu Hindari Pernikahan Dini

NU Jombang Online 
Mahasiswa Universitas KH Abdul Wahab Hasbullah (Unwaha) Tambakberas, Kabupaten Jombang, Jawa Timur bekerja sama dengan Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Karang Taruna Desa Jenisgelaran, Kecamatan Bareng, Jombang mengikuti penyuluhan tentang kesehatan reproduksi dan bahaya pernikahan dini di kawasan Bareng.

Ratna Mustika Arum mengatakan, Kegiatan penyuluhan ini ditujukan kepada para remaja yang berada di IPNU dan Karang Taruna Desa Jenisgelaran mengenai kesehatan reproduksi dan bahaya pernikahan dini, sehingga mereka akan mengetahui akan pentingnya menjaga kesehatan dalam diri masing-masing, juga mengetahui terhadap bahaya pernikahan dini. Adapun dampak negatif akibat dari pernikahan dini salah satunya yaitu perceraian. 

"Alhamdulillah dengan kegiatan seperti ini para remaja antusias dalam memperhatikan dan aktif menanggapi serta bertanya mengenai materi-materi yang masih belum mereka pahami. Dengan ilmu barunya mereka mendapatkan wawasan yang manfaat bagi dirinya sendiri sehingga berapa penting mereka mengenai pentingnya menjaga kesehatan reproduksi dalam diri kita," kata Ketua Pelaksana kegiatan ini, Kamis (25/7). 

Mahasiswi Unwaha ini menambahkan, hingga kini masih marak pernikahan dini. Karenanya, ia memandang penting untuk diadakan kegiatan-kegiatan penyuluhan di kalangan remaja.

Sementara itu, para pesrta terlihat antusias mengikuti acara ini. Mereka mengikuti dari awal hingga acara usai. "Kegiatan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi dan bahaya pernikahan dini sangat bagus dan membawa manfaat bagi saya dan teman-teman saya," kata Saiful salah satu peserta penyuluhan kesehatan reproduksi. 

Menurutnya, giat semacam ini memang sangat diperlukan para remaja di desanya untuk menghindari pernikahan dini sehingga mereka tahu betul terhadap dampak negatifnya.

Dokter Sri Retno Nuningsih mengungkapkan, kehamilan pada masa remaja sebaiknya dihindari karena menimbulkan banyak sekali efek negatif. Tidak hanya menyangkut kesehatan tubuh saja, tetapi juga berdampak pada kesehatan psikologinya.

“Minarke atau men situ pertama kali dialami oleh anak wanita pada usia 12-13 tahun. Namun sayangnya, tidak banyak yang mengetahui bahwa pada masa inilah perbandingan antara mulut dan bagian atas rahim masih memiliki proporsi yang sama 1:1," ujar dia.

Dokter Rumah Sakit Airlangga ini menjelaskan, pada rahim anak remaja cenderung tidak dapat menahan calon bayi yang seharusnya bertahan didalam kandungan selama kurang lebih 9 bulan. Jika dipaksakan justru dapat menyebabkan persalinan prematur, pecahnya ketuban, keguguran, mudah terkena infeksi, hingga anemia kehamilan (kekurangan zat besi).

“Organ kelamin mereka itu belum mature seutuhnya. Mungkin saja terjadi robekan-robekan antara saluran kencing dengan vagina yang dapat menimbulkan infeksi, keracunan kehamilan, hingga berujung kematian. Kematian ibu pada saat melahirkan itu banyak disebabkan karena pendarahan dan infeksi," tegasnya.

Lebih lanjut dokter Sri Retno mengukap, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh BKKBN dan Kemenkes, seorang wanita dianggap sehat dan siap untuk hamil saat mereka telah berusia 24 tahun. Pada usia inilah seluruh organ reproduksi maupun kesehatan psikologi mereka telah siap secara keseluruhan.

“Undang-Undang Pernikahan kita memang memperbolehkan seseorang menikah pada usia 16 tahun. Tapi kalau bisa ditunda setelah mereka benar-benar siap. Sekarang banyak yang usianya masih terbilang remaja tetapi sudah hamil. Dampak utamanya itu pada psikologi mereka, belum siap membesarkan anak, belum siap secara edukasi, finansial, dan hal-hal penting lainnya," pungkasnya. (Muhammad Choirurrojikin/Syamsul Arifin) 


Editor:

Daerah Terbaru