• logo nu online
Home Warta Ekonomi Daerah Bahtsul Masail Pendidikan Neraca BMTNU Nasional Fiqih Parlemen Khutbah Pemerintahan Keislaman Amaliyah NU Humor Opini BMT NU Video Nyantri Mitra Lainnya Tokoh
Jumat, 29 Maret 2024

Daerah

A'wan PCNU Jombang Abah Sa'dulloh Wafat, Sosoknya Dikenal Dermawan

A'wan PCNU Jombang Abah Sa'dulloh Wafat, Sosoknya Dikenal Dermawan
Abah Sa'dulloh. (Foto: Istimewa)
Abah Sa'dulloh. (Foto: Istimewa)

NU Jombang Online, 
Innalilahi wa innailaihi rojiun. Keluarga besar Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Jombang berduka, A'wan Syuriyah PCNU Jombang KH Sa'dulloh Ridwan (Abah Sa'dulloh) wafat, Jumat (6/8).

Wakil Ketua PCNU Jombang, H Muslimin Abdilla menyampaikan, dirinya kenal baik, bahkan mempunyai hubungan dekat dengan almarhum. Saat ia diamanahi menjadi Sekretaris PCNU Jombang periode 2012-2017, pada saat yang sama almarhum adalah Bendahara PCNU Jombang.

"Menurut KH Abdul Nashir Fattah (Rais Syuriyah PCNU Jombang), Abah Sa'dulloh ditunjuk sebagai Bendahara PCNU Jombang, sejak sebelum beliau dipilih sebagai Rais Syuriyah pertama kali, tahun 2007," katanya. 

Sebelum bersama-sama menjadi Pengurus Cabang NU, pria yang kerap disapa Cak Mus itu mengenal almarhum sebagai orang yang dermawan. Hanya itu. Karena secara usia, dirinya terpaut jauh dengan Abah Sa'dulloh. "Tidak banyak yang kami ketahui dari Abah Sa'dulloh sebelum bersama-sama di PCNU Jombang," ujarnya.

Setelah mulai sama-sama aktif di PCNU pun, dirinya mengaku belum begitu banyak yang ketahui dari almarhum. Menurutnya, Abah Sa'dulloh orangnya tidak banyak berkata. Jika ditanya menjawab sedikit lalu tersenyum. Namun, setelah sering beraktivitas bersama dan sering bepergian bersama dengan almarhum, ia mulai banyak mengenal tentang beliau.

"Mulai dari saat mondoknya di Pesantren Darul Ulum Rejoso Jombang, sampai usaha bisnisnya yang digeluti. Itupun tidak sampai detail. Karena memang, beliau tidak banyak cerita, apalagi tentang dirinya. Namun, yang ditunjukkan dari diri beliau yang paling mencolok, disamping kedermawannya, adalah ta'dzim kepada guru dan kiai yang sangat besar," ungkapnya.

Cak Mus kemudian menyampaikan pengalamannya saat bersama almarhum. Kala itu ia juga bersama KH Taufiqurrahman dan KH Wazir Ali takziyah ke KH MA Sahal Mahfudz Kajen Pati.

"Saat pulang dari takziyah, waktu sudah cukup malam. Saya merasa perut sudah lapar. Tentu beliau-beliau juga mengalami hal yang sama," jelasnya.

Setelah masuk Kota Pati dari Kajen, lanjutnya, dirinya berinisiatif untuk mencari tempat makan. Karena waktu sudah malam, tempat makan sudah banyak yang tutup.

"Selang beberapa saat, saya melihat ada warung yang terlihat, dan saya mencoba meminta sopir untuk berhenti. Warung kecil yang terlihat menurut saya, cukup baik untuk makan. Namun, seketika Abah Sa'dulloh menepuk saya, pun teng meriki pak. (Jangan di sini pak)," ucapnya menirukan kalimat almarhum.

"Pados tenga ngajeng mawon (cari di depan saja)," sambungnya.

Begitu, belia mengatakan seperti itu, Cak Mus tidak menampik. Sopir meneruskan perjalanan. "Setelah itu, saya terlelap di bangku mobil, karena malam sudah semakin larut. Sejenak saya tertidur, tiba-tiba dibangunkan beliau, monggo pak," katanya menirukan lagi.

"Saya agak gelagapan, dan melihat kondisi di luar. Setelah agak jelas, saya lihat di luar ada rumah makan yang cukup besar dan sangat baik," imbuhnya.

Kemudian rombongan turun, masuk ke rumah makan tersebut. Setelah beberapa saat, Cak Mus yang duduk dekat dengan Abah Sa'dulloh, secara lirih bertanya, "kengeng nopo mboten teng warung wau Bah? (Kenapa tidak di warung yang tadi Bah?)," dia bertanya. 

"Mboten pantes kangge poro kiai (tidak pantas bagi para kiai)," kata beliau menirukan. 

"Masyaallah, dalam batin saya berguman ketika itu," ucapnya.

Padahal, menurut ukurannya, dan mungkin juga ukuran banyak orang, warung (rumah makan) yang ia tunjuk di Kota Pati tadi sudah cukup baik. Namun, bagi Abah Sa'dulloh, untuk ta'dzim kepada para kiai, dan rumah makan tersebut belum cukup layak.

"Ini salah satu bentuk ta'dzim beliau kepada para kiai. Hal kecil begitu saja, menjadi perhatian beliau," bebernya.

Tentang kedermawanan almarhum, yang merintis bisnis produksi petis sejak masih muda ini, sudah banyak orang tahu. 

"Namun, kami hanya cerita sedikit saja. Pada satu ketika, PCNU harus membiayai kegiatan. Melihat kebutuhan yang cukup besar, sementara kas keuangan tidak banyak, kami tanya kepada beliau. "Bah, apa cukup dananya untuk kegiatan itu?," tanyanya kala itu. 

Dijawab beliau, "insyaallah cukup," jawabnya saat itu.

Karena mengetahui dana yang ada sedikit, dan perkiraan tidak cukup, lalu ia pun lanjut bertanya, "darimana Bah?," tanya lagi.

"Ya, dicarikan pak sampai cukup," jawabnya singkat seperti biasanya, tanpa banyak kata dan diakhiri senyum.

Tidak ada sumber lain untuk mencarikan dana. Karena dana dari sumbangan sudah habis dan tidak ada dana sumbangan lain. Cak Mus tidak tahu darimana dana tersebut, sehingga akhirnya beliau bisa memenuhi kebutuhan dana kegiatan. Dalam laporan, dirinya melihat ternyata dari beliau sendiri.

"Ada banyak cerita tentang beliau, yang tentu tidak banyak yang bisa kami ceritakan, termasuk beliau sebagai pengikut thariqat Njoso, dan beberapa kebaikan beliau di masyarakat," tuturnya.

Pewarta: Ahmad


Editor:

Daerah Terbaru