• logo nu online
Home Warta Ekonomi Daerah Bahtsul Masail Pendidikan Neraca BMTNU Nasional Fiqih Parlemen Khutbah Pemerintahan Keislaman Amaliyah NU Humor Opini BMT NU Video Nyantri Mitra Lainnya Tokoh
Jumat, 29 Maret 2024

Opini

Aura Positif di Era 'New Normal'

Aura Positif di Era 'New Normal'
Sumber gambar (akseleran.co.id/blog/)
Sumber gambar (akseleran.co.id/blog/)

Oleh: Khotim Fadhli*

Adanya virus corona yang telah menyebar di Indonesia menjadikan banyak hal atau perilaku harus kita rubah. Mulai dari aktivitas kita terkait ibadah kepada Allah yang dirasa tak lazim kita lakukan sebelumnya, misalnya menjaga jarak shof antar jamaah, anjuran ibadah di rumah dan lain-lain. Hingga rana aktivitas sosial ataupun muamalah yang juga seakan meregangkan jarak antar manusia karena harus social distancing ataupun phisical distancing, sehingga kita diarahkan untuk menjaga jarak dengan orang lain. 

Konsep new normal tengah diterapkan Indonesia sebagai strategi bertahan hidup di masa pandemi. New normal merupakan langkah percepatan penangan Covid-19 dalam bidang kesehatan, sosial, dan ekonomi. Beberapa daerah telah membuat aturan terkait penerapan new normal dengan terus mengupayakan pencegahan Covid-19. Namun nyatanya tak sedikit pula masyarakat kita lalai akan istilah new normal dan menganggap sama seperti normal. Sehingga cukup banyak dapat kita jumpai aktivitas masyarakat yang mulai kurang patuh pada protokol kesehatan pencegahan Covid-19, bahkan terkesan meremehkan, misalnya saja, beraktivitas tanpa menggunakan masker. Padahal jumlah pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19 masih terus meningkat.

Menyebarnya virus corona yang secara masif di Indonesia dan terus meningkatnya pasien positif Covid-19  merupakan ujian ataupun cobaan agar kita dapat mengambil hikmah atas diri sebagai hamba Allah SWT.  Akankah setiap dari kita termasuk orang yang bersabar atas segala cobaan tersebut, ataukah sebaliknya. Akankah dari kita termasuk orang yang bersyukur atas nikmat yang telah diberikan, ataukah sebaliknya. 

Ketika dihadapkan pada cobaan, kebanyakan dari kita mengelus dada seraya berucap sabar, namun terkadang tak terasa kita melupakan nikmat lain yang telah Allah SWT berikan. Harus dipahami juga, meski tengah mengalami ujian yang cukup berat, sebagai hamba Allah SWT, maka kita juga harus selalu meningkatkan rasa syukur atas nikmat yang telah Allah berikan selama ini. Rasa syukur bahwa kita masih diberi kesehatan, terlebih bukan termasuk orang yang diuji sebagai pasien positif corona, bersyukur masih bisa makan meski mungkin tak seenak menu biasanya. Karena itu, sabar dan syukur sepertinya merupakan dua sisi mata uang yang tidak dapat terpisahkan.

Ada sebuah kejadian yang pernah saya alami saat masih kecil. Saya dan dua orang teman saya arif dan imam berjalan-jalan melintasi sawah. Kami melihat sebuah tas usang yang tergantung di sepeda tua yang disandarkan di pohon yang ada di pinggir jalan. Terlihat di dalam tas yang terbuat dari anyaman daun itu berisi sebuah rantang berwarna coklat yang setelah dicek isinya nasi dengan lauk tahu. Sedangkan di kejauhan, kami melihat seseorang yang sedang bekerja di tengah sawah. 

Salah satu teman saya, arif yang memang terbiasa jail, ingin agar kita menyembunyikan tas tersebut, lalu bersembunyi menonton kebingungan si pemilik tas ketika ia kembali. Namun saya dan imam, menolak hal tersebut karena merasa itu tidak baik dilakukan. Imam berkata, pasti pemilik pakaian itu orang miskin, karena dari tas dan sepeda yang dilihatnya terlihat sudah usang dan hampir rusak. Maka, setelah dipikirkan, ia menyarankan hal lain. Bukannya menyembunyikan tas tersebut, kita justru memasukkan beberapa lembar uang kertas yang kita punya ke dalam rantang yang ada di tas tersebut dan bersembunyi untuk melihat reaksi pemilik tas tersebut. 

Tidak lama kemudian, terdengar suara adzan dhuhur, dan orang yang ada di tengah sawah tersebut terlihat berjalan menuju sepedanya untuk istirahat makan siang. Ketika ia membuka rantang yang ada di dalam tas tersebut, ia melihat ada beberapa lembar kertas yang jatuh dari rantangnya dan menemukan uang kertas tersebut. Wajahnya langsung terkejut, sambil ia memperhatikan uang tersebut dengan cermat. Ketika dia mau makan, terlihat lagi uang kertas yang tertempel di nasi dalam rantang tersebut., Ia cukup kaget dan kemudian melihat ke sekitarnya untuk mencari asal uang tersebut.

Kemudian ia tidak dapat menahan perasaannya, lalu memanjatkan doa terima kasih dengan ungapan lantang mengucap syukur, Alhamdulillah ya Allah..., sambil mengucap seakan tengah bercerita kepada Allah tentang keadaan istrinya yang tengah sakit dan sedang butuh biaya untuk memeriksakannya ke dokter. Kemudian ia berdoa kepada Allah atas rezki dari orang yang tidak dikenalnya, dan memohon kepada Allah agar orang yang memberinya tersebut selalu diberi kesahatan dan kelancaran rezeki. 

Kami bertiga tetap bersembunyi sampai pria tersebut yang ternyata tidak jadi makan siang dan beranjak buru-buru langsung pulang dengan mengayuh sepedanya. Hati kami tersentuh oleh doa dan ungkapan terima kasih orang tersebut yang tulus. Selagi kami melanjutkan perjalanan pulang, arif bertanya kepada kami, apa kau juga merasa senang?, aku kok tiba-tiba merasa senang ya, lanjut arif.

Sekilas cerita tersebut menunjukkan bahwa tindakan bersyukur dapat menciptakan perasaan nyaman dan mempererat persaudaraan. Selain itu, tindakan bersyukur juga juga membuat kita menjadi orang yang lebih baik. Alhamdulillah 'ala kulli hal harus selalu kita pupuk dalam hati agar kita selalu menebar energi positif. Rasululloh SAW mengingatkan, "Perumpamaan kalian dalam hal kasih sayang itu bagaikan satu tubuh, apabila satu anggota badan merintih kesakitan, maka sekujur badan akan merasakan panas dan demam" (HR Muslim).  

Misalnya yang sedang ramai dialami oleh masyarakat Indonesia terkait bantuan sosial pemerintah yang diberikan kepada masyarakat, yang tidak sedikit memunculkan ketidak puasan bagi sebagaian penerima ataupun yang bahkan tidak menerima. Yang telah menerima, merasa kurang puas karena nilai bantuan yang diterimanya lebih kecil dari yang lain, dan yang tidak masuk data penerima juga merasa pemerintah tidak tepat sasaran sehingga dia yang merasa miskin tidak termasuk daftar penerima bantuan. 

Padahal seharusnya, kita harus memegang teguh kalau ada anggota tubuh yang senang, maka sekujur tubuh juga seharusnya senang. Karena itu, kalau ada teman atau tetangga yang dapat kenikmatan atau dapat rejeki, maka kita pun sebaiknya ikut merasa senang. Hal ini merupakan perwujudan bahwa kita selalu bersyukur. Cara praktis ini bukan saja akan memadamkan penyakit hati, seperti iri hati dan dengki terhadap rejeki orang lain, tapi juga menebarkan energi positif.

Mari kita jalani kehidupan new normal ini hingga menuju normal dengan terus meningkatkan rasa sabar dan syukur, dengan selalu berterima kasih kepada Allah SWT atas segala hal yang kita terima. Ungkapan terima kasih yang sering kita ucapkan juga dapat menjadi ungkapan rasa syukur kita atas nikmat yang diterima.

Bersyukur atas peluang yang tercipta dalam hidup kita. Bersyukur atas anugrah diberi orang tua yang sangat mencintai dan telah bekerja keras untuk kita. Ucapkan terima kasih kepada orang tua kita, tetangga kita, teman kita, yang secara langsung atau tidak langsung pernah kita repoti.

Ungkapkan penghargaan kepada semua orang yang memberi kita bantuan. Kita pasti terkejut jika menemukan betapa seringnya ungkapan terima kasih ini akan kita ucapkan. 

Bersyukurlah untuk tubuh yang sehat dan pikiran yang jernih yang diberikan Allah SWT kepada kita. Bersyukurlah atas izin Allah SWT, kita dapat tinggal di negeri yang damai ini. Bersukurlah akan kemajuan di bidang teknologi dan komunikasi yang memungkinkan kita untuk tetap dekat dengan orang yang kita sayangi meski berjarak ruang dan waktu, terlebih dalam kondisi phisical distancing ini. Bahkan, bersabar dan bersyukurlah atas kesulitan yang dihadapi, di mana hal itu akan membuat kita menjadi lebih kuat, asal kita terus mau belajar dari kesulitan tersebut. 

Di tengah kondisi yang penuh ujian, rasa sabar dan syukur dalam menjalani hidup akan menjadikan pola pikir kita lebih positif, dan kita akan merasakan hidup yang lebih baik dari aura positif itu. Sabar dan syukur kita juga akan menarik aura positif pada orang lain untuk bersyukur pula atas kehidupannya. Manfaat sabar dan syukur bagi kita di antaranya;

-Sabar dan syukur akan menjadikan kita lebih bahagia dan optimis. Karena rasa sabar tersebut menjadikan ketenangan batin dan rasa syukur menjadikan jiwa dan raga lebih bersemangat. Sebaliknya, orang yang pesimis akan sibuk meratapi kegagalan dan nyinyir akan kesuksesan yang diraih orang lain.

-Sabar dan syukur akan menjadikan kita jauh lebih produktif. Terutama di era new normal ini, orang yang sabar dan bersyukur akan terus berusaha meski dalam keterbatasan yang tengah dialaminya. Sebaliknya orang yang selalu mengeluh akan menghabiskan waktu dan tenaganya untuk menyesali diri dan menyalahkan orang lain, terkadang juga menyalahkan pemerintah atas apa yang dialami.

-Sabar dan syukur menjadikan kita lebih bahagia. Bersabar menjadikan hidup kita lebih tenang dan bersukur meningkatkan rasa bahagia.  

Kita tahu, bahwa tidak seorang pun dapat menghindari semua kesulitan dalam hidup, tetapi, janganlah kita mudah berputus asa. Rasa sabar harus selalu kita asah dan selalu mencari secercah harapan dalam semua kesulitan, kemudian bersyukurlah atas segala yang kita dapatkan.  Kita yang membutuhkan rasa sabar dan syukur, bukan Allah SWT. Ungkapan terima kasih kita merupakan salh satu aplikasi sabar dan syukur kita atas pemberian Allah SWT, yang tidak akan menambah sesuatupun di sisi Allah SWT, tapi justru akan menambah rahmat Allah SWT kepada kita. 

Maka, biarkan rasa sabar dan syukur ini menarik aura positif pada kita, menuntun dan mengisi kehidupan kita siang dan malam sehingga prasangka dan doa terbaik yang muncul dalam alam bawah sadar kita. Bukankan Allah SWT adalah atas apa prasangka hamba-Nya! Maka, selalu berprasangka baiklah kepada Allah SWT atas kehidupan kita, sehingga keyakinan kita ini akan membimbing kita untuk menuju jalan yang terbaik yang Allah ridloi. 

*Penulis adalah dosen UNWAHA Jombang, salah satu Pengurus Cabang Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) Jombang.

Catatan: Artikel ini sebelumnya sudah terbit di buletin Nahdhah, buletin yang dikelola LDNU dan LTNNU Jombang


Editor:

Opini Terbaru