• logo nu online
Home Warta Ekonomi Daerah Bahtsul Masail Pendidikan Neraca BMTNU Nasional Fiqih Parlemen Khutbah Pemerintahan Keislaman Amaliyah NU Humor Opini BMT NU Video Nyantri Mitra Lainnya Tokoh
Selasa, 23 April 2024

Opini

Akhlaq Salaf (3) : Surat Hasan Al Bashri Kepada Kholifah bin Abdul Azis

Akhlaq Salaf (3) : Surat Hasan Al Bashri Kepada Kholifah bin Abdul Azis

Oleh Ali Makhrus*

Nasihat Hasan al  Bashri tersebut berupa surat kepada Kholifah Umar bin Abdul Aziz, generasi kedelapan dari Dinasti Bani Umayyah (99 H /717 M). Dalam Hilyatul Auliya wa Thobaqotul Ashfiya, karangan Abu Nuaim Ahmad bin Abdullah Al Ashbahani. Dalam surat tersebut berisi tulisan yang berbunyi, riwayat dari Abu Hamid Bin Jablah, dia berkata, “meriwayatkan kepada kami Abu al  Abbas as  Siradj, meriwayatkan kepada kami Ubaidullah bin Harb bin Jablah, meriwayatkan kepada kami Hamzah bin Rasyid Abu Ali, meriwayatkan kepada kami Amr bin Abdullah al  Qurasiy dari Abi Humaid as  Syaami ia berkata, “Hasan Bashri telah mengirim surat kepada Umar bin Abdul Aziz, yang artinya :

“Aku akan memberikan gambaran dunia ini kepadamu, yaitu satu masa di antara dua masa yang lain. Satu masa telah berlalu, dan satu masa yang akan datang, sedang satu masa lagi adalah saat dimana engkau hidup pada saat ini. adapun masa lampau dan masa yang akan datang, maka engkau sekarang tidak merasakan nikmatnya istirahat dan pedihnya cobaan”.

Baca juga : https://jombang.nu.or.id/berita/akhlaq-salaf-1-nasehat-orang-misterius-kepada-imam-ahmad-bin-hambal

“Sedangkan dunia ini adalah saat dimana engkau hidup sekarang ini. saat itulah yang seringkali memperdayaimu hingga kamu lupa surga, dan mengantarkanmu ke neraka. Sesungguhnya permisalan hari tak lebih seperti tamu yang singgah di rumahmu, dan akan pamit pergi. Jika engkau member penginapan dan pelayanan yang baik, ia akan menjadi saksi atas kebaikanmu, memujimu dan jujur berbicara tentang dirimu. Tapi bila sikapmu buruk dalam melayani dan member penginapan, maka ia akan terus terbayang di pelupuk matamau”.

“Hari ini dan hari esuk semisal dua orang saudara yang masing  masing bertamu kepadamu secara bergantian. Ketika yang pertama singgah, engkau bersikap buruk terhadapnya, dan tidak member pelayanan baik kepadanya. Pada hari selanjutnya, saudaranya datang sembari berkata, “sesungguhnya aku datang setelah saudaraku. Kebaikanmu dalam melayaniku akan menghapus buruknya pelayananmu kepada saudaraku, memaafkan apa yang telah kamu lakukan. Maka engkau cukup memberi pelayanan terbaik kepadaku bila aku singgah dan datang kepadamu setelah saudaraku yang sudah pergi darimu. Sehingga dengan demikian, engkau telah mendapat keuntungan sebagai gantinya bila engkau mau merenungkanya. Maka, raihlah yang telah engkau sia  siakan !”

Baca juga : https://jombang.nu.or.id/berita/akhlaq-salaf-2-di-balik-cucuran-air-mata-umar-bin-abdul-azis

“Kalau yang kedua datang diperlakukan sebagaimana sebelumnya, alangkah celakanya dirimu karena persaksian keduanya atas buruknya pelayananmu. Umurmu yang tersisa tiada lagi yang bermanfaat dan berharga. Seandainya engkau mengumpulkan semua isi dunia, maka ia tak dapat mengganti umur sehari yang tersia  siakan. Maka janganlah menjual hari ini, dan waktu di dunia tanpa tanpa harga yang pantas. Jangan ssampai orang yang sudah terkubur lebih menghargai kepemilikanmu daripada dirimu sendiri”.

“Demi Allah, apabila orang yang dikebumikan dikuburnya itu ditawarkan kepadanya, “ini adalah ini adalah dunia beserta semua isinya, dari awal hingga akhirnya, yang bisa engkau berikan untuk anak cucumu, dan ini satu hari yang bisa engkau manfaatkan untuk beramal”. Maka ia pasti memilih hari tersebut. tidak ada sesuatu yang diperbandingkan dengan satu hari itu, melainkan ia pasti akan memilih hari tersebut karena kecintaannya dan penghormatannya terhadap hari itu. Bahkan apabila hanya dicukupkan dengan satu jam saja, untuk diperbandingkan dengan berkali  kali lipat tetapi untuk orang lain, ia pasti juga akan memilih yang satu jam itu. Bahkan, seandainya ia diberi kesempatan mengucapkan satu kata yang diberi pahala, untuk diperbandingkan dengan berlipat  lipat dari yang sudah terucapkan, pasti ia akan memilih satu kata itu”.

“Maka, mulai hari ini, cermatilah hari  harimu untuk kemaslahatan dirimu, cermatilah meski hanya satu jam. Dan hormatilah meski hanya satu kata. Waspadalah penyesalan ketika sedang meregang nyawa. Dan janganlah merasa aman dari hujah ucapan ini. semoga Allah member manfaat dari nasihat ini kepada kita semua. Dan mudah  mudahan Allah memberikan rizki kepada kita berupa akhir kehidupan yang baik”. Assalamu alaika warohmatullahi wa barokatuh

Wallahu alamu bis showab.

Diambil dari kitab Aina Nahnu Min Akhlaq as  Salaf oleh Abdul Aziz Nashir Jalil dan Bahaudin Fatih Aqil; alih bahasa, Ikhwanuddin; editor, Firman Ikhwan, Solo ; Aqwam, 2014), hal 230  232.

Hilyatul Auliya wa Thobaqotul Ashfiya, karangan Abu Nuaim Ahmad bin Abdullah Al Ashbahani, Darul Kutub al – Ilmiyah, Beirut Lebanon, Cet  I, 1988 M / 1409), hal 139  140.

*Penulis adalah kader NU asal Madiun, Jawa Timur, yang sekarang menempuh pascasarjana di UIN Jakarta


Editor:

Opini Terbaru